JAKARTA - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Kementerian Perhubungan, Polana B. Pramesti dan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, drg. Oscar Primadi mengukuhkan komitmen bersama untuk berkolaborasi dalam melakukan Kampanye Jalan Hijau. Pengukuhan kolaborasi bersama tersebut dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Achievement Award 2021yang dilakukan di Jakarta (20/4).

Perubahan Budaya dan Pola Hidup

BPTJ gencar melakukan Kampanye Gerakan Jalan Hijau yang merupakan upaya mengubah pola transportasi masyarakat dari naik kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda/Non-Motorized Transportation (NMT).

Kepala BPTJ, Polana B. Pramesti mengungkapkan, Gerakan Jalan Hijau menjadi sangat pentingkarena pola dan kebiasaan hidup bertransportasi masyarakat di Jabodetabekpada dekade belakangan ini banyak menggunakan kendaraan pribadibaik mobil maupun sepeda motor untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari, sehingga masyarakat cenderung kurang bergerak. Akibatnya, masyarakat Jabodetabek mudah dihinggapi penyakit non infeksi misalnya diabetes, stroke, dan jantung. Dampak lain dominannya penggunaan kendaraan pribadi adalah semakin memburuknyakualitasudara.

Upaya untuk hidup lebih sehat dan berkualitas, menurut Polana adalah mengubah budaya dan pola hidup masyarakat dalam bertransportasi. Dari semua terbiasa dengan menggunakan kendaraan pribadi, beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda.

Jika hal ini dapat dilakukan, lanjut Polana, akan memberikan dampak positif terhadap kesehatan pribadi masyarakat, kualitas udara lebih bersih dan ramah lingkungan.

Kolaborasi dengan Semua Pihak

Kampanye Gerakan Jalan Hijau, menurut Polana secara substantif sejalan dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Kementerian Kesehatan. Karena itulah, BPTJ, lanjut Polana mengajak Kementerian Kesehatan untuk bersama-sama, berkolaborasi, saling mendukung sehingga secara langsung maupun tidak langsung tujuan bersama yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dapat tercapai. “Kami berharap kerjasama diantara dua sektor ini dapat terus berlangsung,” ujar Polana.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, drg.Oscar menjelaskan bahwahasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menunjukkan ketidakaktifan fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5% seiring dengan peningkatan angka obesitas menjadi 21,8%. Ketidakaktifan fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular.

Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun 2018 juga meningkat, diantaranya kanker meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9% dan hipertensi 8,4%. “Ketidakaktifan fisik masyarakatyang meningkat dalam bertransportasi akan memicu masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar, ujar Oscar.

Sependapat dengan Sesjen Kemenkes, Polana mengatakan, seandainya masyarakat mau mengubah pola transportasinya dari naik kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepedayang diistilahkan sebagai Gerakan Jalan Hijau tersebut, ancaman berbagai penyakit non infeksi bisa diminimalisir.

“Bukan hanya dapat meminimalisir ancaman berbagai penyakit non infeksi, tetapi juga dapat menciptakan kondisi yang ramah lingkungan, yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat urban di Jabodetabek,” ujar Polana.

Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat

Kualitas hidup masyarat Jabodetabek, menurut Polana, memang sangat terkait dengan kualitas udara. Data menyebutkan, kualitas udara Jakarta dan daerah sekitarnya cenderung buruk bahkan beberapa kali menempati ranking atas dibanding kota-kota lain di dunia.

Sementara itu, transportasi menyumbang sekitar 40 % atas buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Dengan semakin banyak masyarakat Jabodetabek yang berpindah ke angkutan umum massal dan memanfaatkan non motorized transportation secara langsung akan meningkatkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.

Polana berharap, Kampanye Gerakan Jalan Hijau, yang digagas BPTJ, dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat jika disinergikan dengan isu-isu publik lainnya seperti isu kesehatan dan lingkungan yang erat kaitannya dengan permasalahan transportasi perkotaan.

“Untuk itu kami sangat berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan atas sinerginya dalam Gerakan Jalan Hijau. Program Kemenkes yaitu Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara substantif sejalan dengan Gerakan Jalan Hijau,” ujar Polana.

Perilaku Hidup Sehat

Masyarakat, seperti yang dituturkan drg. Oscar harus melakukan perubahan pola perilaku untuk mengantisipasi masalah kesehatan ini. Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan kebijakan Pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat berperilaku sehat melalui aktivitas fisik, gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan sehat, serta pencegahan dan deteksi dini penyakit.

Implementasi GERMAS membutuhkan keterlibatan lintas sektor untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, dapat hidup produktif dan terhindar dari Covid-19.

“Saya menyambut baik upaya Kampanye Jalan Hijau yang mendorong semaksimal mungkin masyarakat berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki sejalan dengan upaya Pembudayaan Aktivitas Fisik dalam Kampanye GERMAS yang tertuang dalam Inpres No 1 tahun 2017. Hal ini merupakan bukti sinergi dan kolaborasi antar instansi Pemerintahan,” ujar Oscar.

Penghargaan Jalan Hijau Achievement Award 2021

BPTJ Kementerian Perhubungan dalam kesempatan virtual event ini juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para stakeholder yang telah berperan aktif memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas bersepeda dan berjalan kaki sebagai realisasi Non-Motorized Transportation (NMT).

Mereka yang mendapatkan apresiasi yaituBike to Work Indonesia; Koalisi Pejalan Kaki; Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB); PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI); PT Mass Rapid Transit (PT MRT Jakarta); PT LRT Jakarta; PT Transportasi Jakarta; Operator JRConnexion (Perum PPD, PT Eka Sari Lorena Transport, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, PT Wifend Darma Persada, PT Royal Wisata Nusantara); serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta.Penghargaan ini diberikan atas kontribusi yang signifikan dalam mengimplementasikan Gerakan Jalan Hijau yang diinisiasi oleh BPTJ sejak 2019. (IS/AS/HG/HT/JD)