JAKARTA – Nenek moyang kita terkenal sebagai pelaut ulung. Jejak sejarah membuktikan, sebelum bangsa Eropa menjelajah perairan dunia, nenek moyang asal Indonesia telah lebih dulu merambah hampir ke seluruh pelosok dunia. Bukti-bukti arkeologis di Candi Borobudur, candi-candi di Trowulan, serta artefak pelayaran dari situs Batujaya dan Cirebon mengungkapkan kemampuan nenek moyang nusantara dalam berlayar mengarungi lautan lepas dengan gagah berani.

Selain menjadi pelaut tangguh, nenek moyang kita juga perancang kapal-kapal tradisional handal yang mampu mengaruhi lautan lepas serta saudagar-saudagar yang terbiasa melanglang buana.

Kapal-kapal tradisional yang masih kita lihat sampai hari ini, seperti perahu lete-lete di Maluku, lancang kuning di Jawa Barat, dan pinisi di Sulawesi Selatan adalah lambang kecakapan nenek moyang kita menjelajahi lautan lepas. Demikian juga dengan kemampuan navigasi kemaritiman yang mengandalkan bintang-bintang, arah angin serta pengetahuan arus laut masih diwariskan dari generasi ke gerasi hingga kini.

Transportasi Laut Memperkokoh Negara Maritim

Pemerintah Indonesia secara simultan berkeinginan membangun kembali budaya kemaritiman yang telah lama menjadi budaya Indonesia. Potensi sumber daya kelautan Indonesia yang luasnya 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia merupakan potensi yang sangat besar yang dapat memberikan penghidupan kepada seluruh warga negara.

Meski demikian, karena berbagai keterbatasan, potensi maritim Indonesia belumlah digarap secara optimal. Jaringan dan transportasi antar wilayah kepulauan nusantara belum tersambung dan terkoneksi dengan baik. Potensi-potensi pulau dan perairan sebagai sumber daya alam yang besar juga belum tergarap dengan maksimal.

Dalam masa kepemimpinannya, Pemerintahan Presiden Jokowi sangat memperhatikan konektivitas antar kepulauan, wilayah-wilayah terpencil, terluar, tertinggal, dan perbatasan yang sebagian besar adalah wilayah yang berada di pulau-pulau yang jauh dari pusat kekuasaan menjadi perhatian untuk dilakukan percepatan pembangunannya.

Program-program seperti tol laut, pembangunan dan pengembangan pelabuhan, dukungan subsidi kapal perintis, serta pengembangan transportasi laut lainnya terus digenjot. Demikian juga dengan pengaturan alur lalu lintas, penguatan hukum di lautan serta berbagai kebijakan terus dikembangkan seiring dengan upaya negara menjadikan laut sebagai sumber daya alam potensial untuk menggerakkan perekonomian negara. Transportasi laut terus dikembangkan untuk memperkokoh posisi Indonesia sebagai negara maritim.

Demikian juga dengan penyediaan sumber daya manusia yang akan menjadi bagian dari pengelolaan transportasi laut dan potensi perekonomian lainnya, sebagai operator dan pengendali transportasi laut baik terhadap kapal-kapal asing maupun kapal-kapal yang berbendera negeri sendiri.

Indonesia saat ini merupakan negara ketiga terbesar di dunia setelah China dan Filipina sebagai penyuplai pelaut di kapal asing. Kemampuan para pelaut-pelaut China dan Filipina dalam penguasaan teknologi, bahasa, serta kompetensi memiliki nilai lebih bagi para pemilik dan pengelola kapal-kapal. Ini sebuah tantangan bagi masyarakat Indonesia dan Kementerian Perhubungan untuk terus berbenah dan menyiapkan sumber daya manusia di bidang transportasi laut yang berkaliber global.

Saat ini, berdasarkan data Kementerian Perhubungan, tercatat ada 1,2 juta pelaut Indonesia yang bekerja di kapal asing perikanan maupun kapal asing niaga. Sementara menurut Organisasi Buruh Internasional, Indonesia merupakan penyuplai pekerja perikanan terbesar di dunia. Mereka bekerja di laut bebas maupun bekerja di negara setempat sebagai pelaut residen.

Kemenhub Siapkan SDM Transportasi Global

Kementerian Perhubungan saat ini terus menggenjot dan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) transportasi untuk menunjang tantangan kebutuhan transportasi laut baik nasional maupun global yang permintaannya terus bertambah.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), Subagiyo saat menjadi Inspektur Upacara Pelantikan Perwira Siswa Diklat Pelaut di Lapangan Bintang Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta pada awal Juli lalu mengungkapkan, sektor transportasi laut memegang peranan penting dalam pergerakan ekonomi bangsa dan ekonomi global, khususnya untuk membangun transportasi maritim global.

Ia berharap, STIP dapat berperan di kancah global melalui peningkatan kualitas program studi, kurikulum, dan metode pengajaran yang relevan dengan tuntutan industri maritim.

"Pendidikan dan pelatihan yang berkualitas tinggi akan mempersiapkan lulusannya (lulusan STIP) untuk terlibat memenuhi kebutuhan industri maritim global,” ujar Subagiyo.

Plt. Kepala BPSDMP tersebut juga berharap, para lulusan STIP terus meningkatkan kompetensi yang telah dimiliki sehingga bisa menjadi bekal dalam karir profesional di kancah domestik maupun global. (IS/AS/RY/ME)