BOGOR – Pagi itu, cuaca Kota Bogor cerah. Langit terlihat biru terang, dihiasi gumpalan awan putih. Jalan Raya Pajajaran mulai ramai. Kendaraan lancar berlalu-lalang. Berbelok sedikit ke Jalan Papandayan, tampak kesibukan di depan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Papandayan. Sepeda motor silih berganti berhenti menurunkan penumpang kecilnya, di muka pagar. Sesekali ada juga mobil ikut mengantar. Murid-murid turun dari kendaraan, kemudian bergegas masuk ke halaman sekolah. Suara sapa dan tawa anak-anak membuat pagi terasa semakin hangat.

Jam terus berdetak, jarum pendeknya nyaris menyentuh angka tujuh. Seorang bocah lelaki berseragam olahraga turun dari boncengan sepeda motor. Dengan sedikit tergesa, ia berjalan menuju gerbang. Langkahnya lebar-lebar. Ransel di punggungnya ikut terayun seirama dengan langkahnya. Senyum lebar tersungging di bibirnya. Pipinya yang bulat berseri kemerahan.

Pelajar SD berusia 12 tahun itu bernama Akbar. Setiap pagi, Ayah mengantarnya ke sekolah dengan sepeda motor. Bagi Akbar, pagi ini terasa istimewa. Kemarin Pak Guru memberi tahu bahwa akan ada kegiatan seru dari Kementerian Perhubungan. “Katanya bakal ada pertunjukan dan permainan dari kakak-kakak Kemenhub,” ujarnya dengan antusias. “Kita bakal belajar tentang keselamatan transportasi,” lanjutnya dengan mata berbinar.

Upaya Menanamkan Nilai Keselamatan

Mengusung konsep bermain sambil belajar, Kementerian Perhubungan menggelar kegiatan Hub Edu Play di SDN Papandayan Bogor, Rabu (23/10) lalu. Sebanyak 120 siswa ikut ambil bagian dalam acara yang dikemas edukatif, interaktif, dan menyenangkan. Anak-anak diajak memahami pentingnya keselamatan transportasi di empat matra -darat, laut, udara, dan perkeretaapian-, melalui permainan, simulasi, dan storytelling.

Pada awal kegiatan, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan, Ernita Titis Dewi, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Kemenhub menanamkan kesadaran keselamatan sejak dini.

“Anak-anak adalah pengguna jalan masa kini dan masa depan. Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan nilai bahwa keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan oleh semua pihak, termasuk juga anak-anak,” jelas Titis. Menurutnya, anak-anak bisa mulai dari hal kecil, seperti memakai helm sesuai standar keselamatan, menyeberang di tempat yang benar, atau mengingatkan orang tua untuk tertib di jalan.

Menyoal keselamatan,Titis juga menjelaskan bahwa Kemenhub terus melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan transportasi yang berkeselamatan. Salah satu peranan pentingnya adalah memastikan aspek keselamatan seluruh moda transportasi, mulai dari penetapan regulasi, pemeriksaan kendaraan (ramp check), hingga pengawasan berkala.

“Lewat acara ini, kami ingin membentuk budaya keselamatan sejak usia sekolah, agar nanti ketika mereka tumbuh dewasa, prinsip itu sudah tertanam kuat,” harapnya.

Di sisi lain, Kepala SDN Papandayan, Nurdahniar, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, pendekatan edukatif seperti ini sangat efektif karena sesuai dengan dunia anak-anak yang penuh rasa ingin tahu.

“Kegiatan ini sangat menyenangkan dan edukatif. Anak-anak bisa belajar keselamatan tanpa merasa sedang diberi ceramah. Mereka jadi tahu kenapa harus pakai helm, kenapa tidak boleh menyeberang sembarangan, dan bagaimana cara jadi pengguna jalan yang baik,” ujarnya.

Ia menambahkan, kegiatan seperti ini penting untuk mengingatkan semua pihak bahwa sekolah pun punya peran dalam membentuk karakter anak yang peduli terhadap keselamatan.

Porsi Khusus untuk Keselamatan Jalan

Pada acara edukasi ini, perhatian besar tertuju pada keselamatan jalan, sesuatu yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari anak-anak.

Dalam sesi edukasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, anak-anak dikenalkan pada hal-hal sederhana tapi penting, seperti cara berjalan kaki yang aman di jalan raya. “Kalau tidak ada trotoar, harus berjalan di sisi kiri jalan yang berlawanan arah kendaraan,” kata seorang fasilitator sembari memperagakan langkah aman. Anak-anak juga diingatkan untuk selalu didampingi orang dewasa, tidak bermain gadget saat berjalan, serta menggunakan pakaian terang agar mudah terlihat.

Lalu, mereka diajak mempraktikkan cara menyeberang jalan dengan aman. Ada yang berpura-pura jadi pengendara, ada yang berperan sebagai penyeberang. “Ingat empat T!” seru fasilitator, “Tunggu, Tengok kanan, Tengok kiri, dan Tengok kanan lagi sebelum menyeberang,” lanjutnya kemudian, diikuti suara riuh tertawa dan tepuk tangan dari anak-anak.

Selain itu, anak-anak diajak untuk mengingatkan anggota keluarga untuk mematuhi aturan saat berkendara.

Belajar Keselamatan di Moda Lain

Di samping keselamatan jalan, anak-anak juga diperkenalkan pada keselamatan di moda transportasi lain.

Dari sektor perkeretaapian, mereka belajar menjadi Teman Hebat Kereta Api. Mereka diajak untuk memahami kalau kereta tidak bisa berhenti mendadak dan harus diberi prioritas di jalan. Anak-anak diajarkan aturan sederhana di perlintasan sebidang, yaitu Berteman. “Berhenti sejenak; Tengok kanan, tengok kiri; Aman, baru Jalan,” terang kakak fasilitator. Mereka juga tahu mengapa tidak boleh bermain di sekitar rel, serta pentingnya menunggu di balik palang hingga kereta benar-benar lewat.

Dari pos transportasi laut, anak-anak berimajinasi menjadi Kapten Cilik Indonesia. Mereka belajar mengenal alat keselamatan seperti pelampung dan peluit, serta bagaimana harus bersikap jika terjadi keadaan darurat di kapal, yaitu: tetap tenang, ikuti instruksi awak kapal, antre rapi ke titik kumpul.

Sementara dari pos transportasi udara, mereka mengenal dunia penerbangan dengan cara yang seru. Anak-anak tahu mengapa sebelum naik pesawat, setiap penumpang harus diperiksa dan barang bawaan tidak boleh sembarangan. Mereka juga belajar bahwa bermain balon udara, drone, atau layangan di sekitar bandara bisa sangat berbahaya, karena bisa mengganggu pandangan pilot dan sistem navigasi pesawat.

Melalui permainan, simulasi, dan cerita dari keempat moda tersebut, anak-anak belajar bahwa keselamatan menjadi hal utama yang berlaku di mana pun mereka berada, baik di darat, laut maupun udara.

Perlunya Edukasi Sedari Dini

Edukasi keselamatan transportasi untuk usia dini, bukanlah sekadar seremonial, melainkan menjadi sebuah urgensi yang harus dilakukan. Di Indonesia, cedera akibat kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak dan remaja berusia di bawah 20 tahun (Road Safety Strategy for Children and Adolescents in Indonesia, UNICEF, 2025).

Angkanya mengkhawatirkan, yakni 20 persen dari seluruh kematian akibat lalu lintas di Indonesia terjadi pada kelompok usia anak dan remaja, atau setara dengan 8.747 jiwa. Ini menggambarkan betapa tingginya risiko yang dihadapi anak dan remaja di jalan raya.

Data kecelakaan lalu lintas yang dirilis WHO pada tahun 2023, juga menegaskan bahwa secara global, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa muda, yakni kelompok usia 5–29 tahun. Data WHO juga menyebutkan bahwa sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas adalah pengguna jalan rentan, yang mencakup pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara sepeda motor.

Lebih spesifik lagi, data Korlantas Polri menyebutkan bahwa pada sepanjang tahun 2023, dari total 148.307 kali kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Dari total angka tersebut, pelajar SMA menjadi penyumbang angka terbesar dengan jumlah 66,7 persen, alias sebanyak 113.205 kali. Urutan kedua penyebab kecelakaan lalu lintas terbesar adalah pelajar SMP, dengan jumlah 18.744 kali, alias sebanyak 11 persen dari total angka kecelakaan nasional.

Angka-angka ini menegaskan bahwa pekerjaan menjaga keselamatan masih panjang. Pengawasan moda, perbaikan infrastruktur dan sistem, serta edukasi harus berjalan bersamaan.

Langkah Pemerintah untuk Keselamatan Pelajar

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan terus melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kecelakaan yang melibatkan pelajar dan anak-anak. Salah satunya melalui berbagai program di bidang keselamatan jalan, yang diusung oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Program-program tersebut tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana yang berkeselamatan, mengutamakan perlindungan kepada kelompok rentan (termasuk anak-anak atau pelajar), tetapi juga menekankan aspek edukasi dan perubahan perilaku. Melalui kegiatan edukasi keselamatan untuk pelajar, hingga program pelajar pelopor keselamatan, Kemenhub berupaya menanamkan nilai-nilai keselamatan dan tertib berlalu lintas sejak dini.

Ada juga program khusus yang bertujuan membentuk ekosistem atau lingkungan yang mengedepankan keselamatan pelajar, seperti Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) dan Zona Selamat Sekolah (ZOSS). “Program RASS berorientasi pada keselamatan rute perjalanan anak dari rumah menuju sekolah. Melalui program ini, pemerintah bersama dinas perhubungan daerah meninjau dan memperbaiki titik-titik rawan kecelakaan di jalur pelajar, menyiapkan trotoar, jalur penyeberangan, serta rambu dan marka yang ramah anak,” terang Farida, salah satu fasilitator Hub Edu Play, dari Direktorat Sarana dan Keselamatan Transportasi Jalan Kemenhub. RASS diatur secara resmi dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 16 Tahun 2016 tentang Penerapan Rute Aman Selamat Sekolah, yang menegaskan bahwa setiap anak berhak memiliki jalur yang aman untuk belajar.

Sementara itu, ZOSS (Zona Selamat Sekolah) menitikberatkan pada penataan kawasan di sekitar sekolah. Kawasan dengan radius tertentu dari gerbang sekolah ditata menjadi zona rendah risiko, dengan marka berwarna kuning bertuliskan “Hati-hati Anak Sekolah”, rambu penyeberangan yang jelas, dan batas kecepatan kendaraan maksimal 20 kilometer per jam.
Dasar penerapannya mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan, dan diperkuat dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.3582/AJ.403/DRJD/2018 tentang Pedoman Teknis Pemberian Prioritas Keselamatan dan Kenyamanan Pejalan Kaki pada Kawasan Sekolah melalui Penyediaan Zona Selamat Sekolah (ZoSS).

Pedoman ini menjabarkan secara rinci tata letak marka, desain rambu, serta mekanisme pengawasan di sekitar sekolah agar pengendara lebih waspada dan anak-anak dapat menyeberang dengan aman.

“Aku Ikut Jaga Keselamatan”

Siang itu, Akbar pulang sekolah dengan riang. Meski selalu berangkat dengan diantar Ayah, rutinitas pulang sekolah ia jalani sendirian, dengan menumpang angkot trayek 09 dari Halte Telkom di Jalan Pajajaran. Jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 100meter dari gerbang sekolah. Akbar merupakan salah satu dari jutaan anak Indonesia yang mengandalkan transportasi umum untuk berangkat atau pulang sekolah.

Sambil menunggu angkot datang, Akbar mengingat-ingat materi keselamatan yang tadi ia dapat di sekolah. Sebagai penumpang angkot yang mengutamakan keselamatan, ia kini paham bahwa ia harus duduk rapi, tidak bercanda yang bisa mengganggu sopir, tidak mengeluarkan badan dari jendela, serta berhati-hati saat naik-turun, agar tidak terjatuh. “Jangan lupa 4T, saat hendak menyeberang,” gumamnya pada diri sendiri. Ia pun berencana untuk mengingatkan ayahnya untuk menjadi pengendara motor yang tertib, dengan menggunakan helm berstandar SNI, memasangnya kaitnya dengan benar, hingga berbunyi “klik”, serta mematuhi rambu dan peraturan lalu-lintas.

Sekarang, Akbar mengerti bahwa keselamatan di jalan tidak hanya bergantung pada sopir atau polisi lalu lintas. Ia, sebagai penumpang dan pengguna jalan, juga harus ambil bagian. Akbar dan teman-teman jadi tahu kalau keselamatan dimulai dari diri sendiri, dan setiap langkah kecil, seperti memakai helm, berjalan di trotoar, dan menyeberang dengan benar, adalah bagian dari upaya besar menjaga nyawa di jalan.

Hari itu, di sekolah mereka belajar satu hal penting: “Keselamatan itu bukan cuma tugas orang dewasa. Aku pun bisa ikut menjaga.” (DIS/HG/ME/ETD)