(Jakarta, 11/9/2012) Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso pada saat talkshow di sebuah media eletronik, Selasa (11/9) mengatakan, “Besok Jumat (14/9) kita akan bahas dengan Komisi V bagaimana langkah-langkah untuk menangani hal tersebut.”
 
Berdasarkan data dari Korlantas Polri, kecelakaan pada periode lebaran tahun 2012, didominasi oleh sepeda motor. Dari 5.233 kejadian, sebanyak 72% terjadi pada sepeda motor. Dalam Rapat Kerja antara Menteri Perhubungan dengan Komisi V DPR-RI, terdapat usulan untuk pemberian subsidi sebesar Rp. 568,902 milyar untuk mengurangi pergerakan sepeda motor pada Angkutan Lebaran Tahun 2013.
 
Khusus untuk angkutan sepeda motor yang melalui angkutan jalan, subsidi yang akan diusulkan adalah sebesar Rp 195,939 milyar (mudik dan balik), dengan cara mengangkut motor dengan truk dan penumpangnya menggunakan bus.
Diasumsikan sebesar 5% dari jumlah total pemudik sepeda motor diangkut melalui moda angkutan jalan yaitu sebanyak 139.956 sepeda motor. Jika sebuah truk memiliki kapasitas angkut 75 sepeda motor dan diasumsikan satu truk dapat mengangkut 5 rit/frekuensi maka jumlah truk yang dibutuhkan sebanyak 373 truk. Kemudian untuk penumpangnya, dengan asumsi 1 sepeda motor berpenumpang 2 orang dikali jumlah sepeda motor yaitu 279.913 orang. Jika sebuah bus memiliki kapasitas 44 seat dan diasumsikan satu bus dapat mengangkut 7 rit/frekuensi maka jumlah bus yang dibutuhkan sebanyak 909 bus.
 
Sementara itu pengamat transportasi Darmaningtyas, menyatakan apresiasinya atas usulan pemberian PSO untuk angkutan sepeda motor pada angkutan lebaran. Menurutnya langkah ini dapat menjadi trigger bagi perbaikan penyelenggaraan angkutan lebaran. “Sejak tahun 2007 saya sudah mengusulkan agar ada subsidi khusus untuk angkutan lebaran, ini adalah peristiwa kultural maka selayaknya seluruh masyarakat dapat menikmatinya tanpa ada hambatan masalah transportasi, “ kata Darmaningtyas.
 
Sedangkan anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana menanggapi positif usulan tersebut. Namun menurutnya nantinya harus dipaparkan dan disimulasikan apa langkah-langkah yang akan dilakukan, bagaimana koordinasinya. “Yang harus diingat adalah bahwa kecelakaan ini terjadi bukan semata-mata karena jumlah motor yang banyak tetapi juga karena faktor-faktor teknis yang lain. Kita berharap ini harus dipikirkan. Jangan fokusnya hanya memindahkan motor ke truk, kereta api atau kapal laut, tapi hal-hal lain yang merupakan inti dari faktor penyebab kecelakaan akibat kelelahan, sosialisasi mengenai bagaimana berkendara dengan baik dan lain-lain harus diperhatikan,” katanya. (CAS)