Surakarta - Pemerintah kota Surakarta terus mengebut pembangunan terminal bus Tirtonadi, Pembangunan tahap demi tahap terus dilakukan tiada henti. Setelah menyelesaikan sebagian pembangunan terminal bagian barat, kini dimulai pembangunan terminal bagian timur.

Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan,terminal yang menelan biaya sekitar Rp 168 miliar, dimana sebagian besardananya merupakan bantuan Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat memang dikerjakan tanpa henti, dan harus diselesaikan segera.

‘’Pembangunan terminal ini dilakukan secara terus menerus. Selesai membangun terminal barat, kini membangun terminal timur. Selanjutnya membangun skybridge penghubung antara terminal bus Tirtonadi dengan stasiun Solo Balapan. Selanjutnya kita serahkan swasta untuk membangun bagian atas sebanyak 4 lantai, yang nantinya akan digunakan sebagai mall, pusat perbelanjaan dan kegiatan bisnis lainnya,” kata Hadi Rudyatmo disela-sela kunjungan Menteri Perhubungan Ignasis Jonan pekan lalu.

Pembangunan terus dilakukan tanpa mengganggu aktivitas terminal. Bus tepat keluar masuk terminal tanpa mengalami hambatan. Bus tetap mengalir masuk dan keluar terminal. Penumpang yang naik dan turun dari bus juga tidak terganggung dengan aktivitas pembangunan yang sedang berjalan.

Walikota Surakarta benar-benar all out dalam membangun terminal Tirtonadi. Ia berkeinginan mengubah persepsi terminal sebagai tempat yang kumuh, jorok, bau, tidak teratur, dan tempat yang menakutkan karena selalu identik dengan tempat mangkalnya preman dan calo, menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi penumpang.

Meski pembangunan belum seluruhnya selesai,tapi terminal Tirtonadi sudah terlihat rapi. Bus yang masuk ke dalam terminal langsung diarahkan ke jurusannya masing-masing. Tidak ada tanda-tanda kemacetan di sepanjang pintu masuk terminal maupun di dalam terminal. Bus berikutnya yang datang, akan berada di antrian bus di depannya.begitu seterusnya.

Penumpang yang datang dan masuk ke dalam terminal akan merasakan kesejukan, karena terminal di lengkapi dengan pendingin ruangan di setiap sudut ruangan. Tidak ada kesan kumuh dan kotor, karena lantai terminal menggunakan keramik yang selalu dibersihkan oleh petugas setiap saat. Penerangannya juga sangat memadai, baik yang bersumber dari kaca-kaca terminal yang besar maupun lampu-lampu yang dipasang di langit-langit.

Sebelum masuk ke ruangan tunggu terminal, calon penumpang bisa beristirahat sejenak di kursi-kursi panjang yang disediakan. Yang lapar dan haus bisa memesan makanan dan minuman yang ada di rumah makan didalam terminal.Yang ingin beli souvenirkhas Solo atau yang belum sempat beli oleh-oleh juga bisa membeli di counter-counter yang menyediakan souvenir dan oleh-oleh.

Saat akan masuk ke dalam ruang tunggu terminal, kita tidak akan menemukan lagi petugas yang mengutip biaya masuk terminal dengan memberikan karcis dan menyobeknya di pintu masuk. Petugas akan memberikan kartu plastik dan untuk bisa masuk ke dalam ruang tunggu terminal, kartu plastik pintar itu harus dimasukkan ke dalam mesin, seperti halnya masuk ke stasiun-stasiun kereta api di Jabodetabek atau di halte Trans Jakarta.

Kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarya, Yosca Herman mengatakan, sistem ini dilakukan untuk menghindari terjadinya menyalahgunaan keuangan atau korupsi. Karena uang peron yang disetorkan harus sesuai dengan jumlah tiket yang masuk ke dalam mesin.

Sebelum melalui pintu peron di dinding sebelah kiri terpampang layar monitor berukuran besar yang berisi Info Keberangkatan. Di situ tercantum Nama PO, Nomor Polisi bus, Jurusan, waktu pemberangkatan dan posisi bus berada di jalur berapa. Sementara itu pengumuman dari petugas yang mengingatkan penumpang dan bus tidak henti-hentinya diperdengarkan.

‘’Ini memang terminal. Tapi saya ingin terminal Tirtonadi Solo seperti layaknya bandara, baik kebersihannya, pelayanannya dan informasinya,’’ kata Rudyatmo.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan merasa terkesan dengan konsep pembangunan terminal bus Tirtonadi. Selain kebersihannya, pelayanan yang dilakukan di terminal bus Tirtonadi sudah hampir menyamai dengan bandara. Kepada Walikota Solo, Menhub juga menceritakan bahwa dia pernah melakulan hal yang sama, yakni mengubah stasiun Gambir yang toiletnya kotor dan bau kini bisa untuk mandi setidaknya membersihkan diri setelah turun dari kereta.

Ke depan, Jonan berharap, terminal bus bukan hanya sebagai tempat turun naiknya penumpang dari satu kota tujuan ke kota lainnya, tapi bisa menjadi tempat wisata karena diatasnya akan dibangun mal dan pusat perbelanjaan dan tempat hang out, karena beberapa perusahaan makanan dan minuman kelas internasional sudah memesan tempat di sini. (JO)