(Jakarta, 4/6/2014) Sepanjang tahun 2013, pertumbuhan penerbangan dalam negeri mengalami penurunan lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 pertumbuhan penerbangan mencapai 18,65 persen dan di tahun 2013 menurun menjadi 6,09 persen.

Menurut Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Muratmodjo, secara umum maskapai pada 2013-2014 berada pada posisi sulit, karena kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat pada masa itu turun drastis.

"Indikatornya ada beberapa diantaranya statistik penerbangan dalam negeri yang memiliki tren menurun, banyak maskapai yang merestrukturisasi rute dan mencari peluang rute lain," urai Djoko di Jakarta, Rabu (4/6).

Faktor lainnya, menurun Djoko adanya indikator pada pertengahan tahun 2013 terjadi pengurangan subsidi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang juga menyebabkan bahan pokok juga ikut naik.

"Hal ini membuat penumpang menggeser skala prioritas, misalnya untuk bisnis atau rekreasi kalau tadinya selalu menggunakan pesawat sebagai moda transportasinya menjadi memilih naik kereta api atau bus," ujar Djoko.

Namun begitu, menurut Djoko diharapkan pada tahun ini pertumbuhannya akan kembali membaik. Pemerintah juga terus mendorong agar penerbangan bangkit kembali.

Djoko juga mengemukakan, salah satu upaya yang dilakukan adalah penolakan penambahan kapasitas semua penerbangan dari Soekarno Hatta yang merupakan bandara tersibuk.

"Untuk frekuensi dan rute di dan dari bandara Soekarno Hatta saat ini kami tolak karena kapasitasnya sudah terlalu padat," kata Djoko. (CHA)