Pangkalan Bun – Selain ke Pelabuhan Kumai, salah satu tujuan kunjungan kami ke Pangkalan Bun adalah untuk menyambangi Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, yakni Kantor Stasiun Radio Pantai (SROP) Kelas III B Kumai.

“Silahkan masuk Mbak, silahkan duduk.”

Dengan ramah, Mahyar Mahdi, Kepala Kantor SROP Kumai menyambut dan mempersilahkan kami memasuki kantornya. Kantor SROP Kumai merupakan sebuah bangunan rumah tinggal berkamar dua, yang difungsikan sebagai kantor.

Kami duduk di kursi tamu. Di ruang tersebut, selain terdapat seperangkat kursi dan meja tamu, juga terdapat sebuah meja kerja milik sang Kepala Kantor.

Hembusan angin dari sebuah kipas elektronik di sudut ruangan, membantu menghilangkan hawa panas yang cukup menyengat di kawasan pesisir sungai tersebut.

SROP Kumai menjadi salah satu bagian penting dalam proses pencarian dan evakuasi badan pesawat serta korban kecelakaan tragis pesawat AirAsia QZ8501 beberapa waktu yang lalu. Pesawat nahas dengan rute penerbangan Surabaya–Singapura tersebut dikabarkan hilang kontak semenjak Sabtu, 28 Desember 2014. Dua hari kemudian (30/12/14) ditemukan serpihan pesawat AirAsia QZ 8501 di perairan Pangkalan Bun yang termasuk ke dalam wilayah kerja SROP Kumai.

Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Capt. Bobby R. Mamahit lantas memerintahkan SROP Kumai menjadi jembatan informasi sekaligus menjadi koordinator informasi bagi kapal-kapal yang berada di lokasi pencarian pesawat AirAsia QZ 8501.

Kantor SROP Kumai terletak di Kecamatan Kumai Hilir, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Jaraknya sekitar 258 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Wilayah kerja SROP Kumai membentang dari pesisir Pantai Sungai Jelai (berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat) di sebelah Barat, sampai dengan wilayah pesisir Pantai Sungai Seruyan (Kalimantan Tengah) di sebelah Timur. Sedangkan ke arah Selatan, wilayah kerja menjangkau Laut Jawa dan Selat Karimata.

Stasiun Radio Pantai, termasuk didalamnya SROP Kumai, adalah stasiun darat dalam dinas bergerak pelayaran. Dalam penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran, stasiun radio pantai, beserta stasiun bumi pantai dan stasiun radio kapal melakukan beberapa kegiatan, yaitu jaga dengar marabahaya (Distress Alerting), komunikasi koordinasi pencairan dan pertolongan (Search and Rescue Coordinating Communication), penentuan lokasi musibah (Locating), penyebaran informasi keselamatan pelayaran (Promulgation at Maritime Safety Information), dan komunikasi radio umum (General Communication).

“Walaupun namanya Stasiun Radio Pantai, bukan berarti letaknya tepat di bibir pantai,” jelas Mahyar.

SROP Kumai berjarak sekitar 1 mil (1,8 kilometer) dari Kantor KSOP Pelabuhan Kumai yang terletak di tepian sungai, dan berjarak sekitar 10 mil dari garis pantai terdekat.

Berkaitan dengan proses pencarian dan evakuasi badan pesawat serta korban AirAsia QZ8501 kemarin, Mahyar menjelaskan bahwa SROP Kumai merupakan Posko Komunikasi yang bertugas membantu proses pencarian dan evakuasi, dalam hal komunikasi antara stasiun radio kapal pencari dengan stasiun di darat.

“Informasi dari kapal-kapal tersebut kami terima dan lantas kami teruskan lagi ke pihak-pihak terkait, seperti Syahbandar atau Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas),” jelas Mahyar.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai Posko Komunikasi, SROP Kumai dibantu beberapa stasiun radio pantai sekitar, antara lain SROP Batu Licin, SROP Ketapang, SROP Manggar, SROP Banjarmasin, SROP Sampit, SROP Semarang dan SROP Jakarta.

Sepanjang operasi pencarian dan evakuasi tersebut, SROP Kumai juga tidak pernah luput berkoordinasi dengan Marine Command Center (MCC) Jakarta. Marine Command Center merupakan pusat kendali operasi di kantor pusat Kementerian Perhubungan yang dapat memantau langsung pergerakan kapal. MCC menggunakan berbagai teknologi modern termasuk memanfaatkan satelit.

Dari ruang tamu, kami lantas bergerak memasuki bagian dalam kantor. Di ruang dalam, terdapat seperangkat peralatan komunikasi yang kerap dipakai oleh Operator Radio Pantai. Di pojok kanan ruangan terdapat perangkat radio berfrekuensi tinggi, VHF (Very High Frequency) yang jangkauannya terbatas, hanya 15–25 nautical mile. Sedangkan di sebelah kiri ruangan terdapat peralatan radio MF/HF (Medium Frequency/High Frequency) yang jangkauannya lebih luas.

Menurut Mahyar, perangkat navigasi yang ada di SROP Kumai masih sebatas alat komunikasi voice to voice saja. Belum ada alat yang dapat memonitor keberadaan kapal, seperti Vessel Traffic Service (VTS). Mahyar berharap, beberapa waktu ke depan, dalam menunjang pelaksanaan fungsi dan peranannya, SROP Kumai dapat berkembang dan dilengkapi dengan peralatan navigasi yang lebih menyeluruh.

Kembali ke ruang tamu, Mahyar pun melanjutkan penjelasannya. Normalnya, setiap hari, Kantor SROP Kumai beroperasi selama 14 jam sehari. Operator Radio yang bertugas terbagi dalam dua shift, pagi dan sore. Operator Radio yang mendapat shift pagi, menjalankan tugas mulai pukul 07.00-14.00 WIB. Sedangkan jadwal selanjutnya, atau shift sore, dimulai pukul 14.00–21.00 WIB.

Namun kejadian jatuhnya AirAsia QZ 8501 di perairan Pangkalan Bun menuntut SROP Kumai untuk beroperasi selama 24 jam penuh, menjalankan peranan Search and Rescue Coordinating Communication dan juga Penentuan Lokasi Musibah.

Idealnya, jelas Mahyar, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sebuah Kantor SROP Kelas III B memiliki minimal 8 orang pegawai. Tetapi kenyataannya, di Kantor SROP Kumai, dalam bertugas, Mahyar hanya didampingi oleh dua orang staf, sekaligus Operator Radio, Prio Hadi Utomo dan Feri.

“Karena terbatas, staf merangkap operator. Kalau di Kantor Induk (Kantor SROP Kelas I Banjarmasin), staf dan operator merupakan dua jabatan berbeda,” jelas Mahyar sembari tersenyum.

Keadaan penuh keterbatasan, baik dari segi personil maupun peralatan, tidak lantas membuat Mahyar dan dua personil Kantor SROP Kumai lainnya, Prio dan Feri, patah arang. Mereka tetap dengan semangat mengemban tugasnya sebagai abdi negara.

“Sudah menjadi pekerjaan kami, akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya seraya tetap tersenyum. (DIS/TIM)