JAKARTA - Kementerian Perhubungan mengalokasikan anggaran untuk program perkeretaapian sebesar Rp. 234 triliun yang terdapat di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019.

Direktur Jenderal Perkerataapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko di Jakarta mengatakan dari seluruh pembiayaan tersebut akan terbagi menjadi lima kegiatan. Lima kegiatan itu antara lain kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung KA sebesar Rp. 228 triliun dan kegiatan pembangunan dan pengelolaan sarana perkeretaapian sebesar Rp. 3,2 triliun.

Kemudian kegiatan pembangunan dan pengelolaan keselamatan perkeretaapian sebesar Rp. 921 miliar, kegiatan pembangunan dan pengelolaan lalu lintas dan angkutan kereta api (KA) sebesar Rp. 844 miliar, dan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya sebesar Rp. 672 miliar.

Sementara itu, indikator target utama dari Kementerian Perhubungan ada lima yaitu konektivitas, daya saing, kelancaran, keselamatan, dan dampak lingkungan. Dari segi konektivitas, pihaknya menargetkan terbangunnya jalur kereta api menjadi 3.258 kilometer dari jalur yang sudah ada (existing) saat ini, sepanjang 985 kilometer.

Selanjutnya meningkatkan jumlah bandara yang diakses oleh kereta api menjadi 13 bandara dari dua bandara saat ini yaitu di Kualanamu Medan dan Yogyakarta. Berikutnya jumlah pelabuhan yang diakses menjadi 20 pelabuhan dari lima pelabuhan pada saat ini, jumlah kota yang menerapkan angkutan massal berbasis KA menjadi 14 kota dari tujuh kota dan pembangunan sarana KA perintis (termasuk sarana KA kerja) menjadi 250 unit dari 106 unit.

Dari sisi daya saing, Kemenhub menargetkan pangsa angkutan penumpang KA menjadi 7,5 persen dari 3,18 persen saat ini, sedangkan untuk pangsa muatan angkutan barang KA menjadi lima persen dari 0,16 persen. Untuk indikator kelancaran dalam konteks ketepatan keberangkatan dan kedatangan KA penumpang dan barang, ditargetkan menjadi 75 persen dari 62,65 persen saat ini.

Keselamatan dalam konteks tingkat kecelakaan KA diturunkan menjadi 0,020 kejadian per satu juta kilometer perjalanan KA, dari 0,037 kejadian per satu juta kilometer perjalanan KA. Sedangkan dari dampak lingkungan yaitu emisi gas rumah kaca dari pengoperasian kereta api ditargetkan menjadi 4,95 persen dari kondisi business as usual.

Rincian Pembangunan Jalur KA Luar Jawa

Dirjen juga merinci pembangunan jalur KA antarkota Trans Sumatra di antaranya jalur KA baru Bireun-Lhokseumawe-Langsa-Belitung, Jalur KA baru Rantauprapat Duri-Dumai, Jalur Duri-Pekanbaru, Jalur Pekanbaru-Muaro, Jalur Pekanbaru-Jambi-Palembang, Jalur Simbang-Tanjung Api Api, Jalur Ganda KA Prabumulih-Kertapati, Jalur Ganda KA Muara Enim-Lahat, Jalur Ganda Cempaka-Tanjung Karang, dan Jalur Ganda Sukamenanti-Tarahan.

Sementara itu reaktivasi Trans Sumatra yakni Binjai-Besitang, Padang Panjang-Bukit Tinggi-Payakumbuh, Pariaman-Naras-Sungai Limau dan Muara Kalaban-Muaro dan lainnya.

Koridor Sulawesi di antaranya jalur KA Baru Manado-Bitang, jalur KA Baru Pare-Pare-Mamuju, jalur Makassar-Pare Pare, jalur Makassar-Sungguhminasa-Takalar-Bulukumba-Watampone, dan jalur Mamuju-Palu Isimu (persiapan).

Koridor Kalimantan diantaranya pembangunan KA khusus untuk batubara. Akses pelabuhan (skema KPS), yakni Muara Wahau-Muara Bengalon, Murung Raya-Kutai Barat-Paser Penajam Paser Utara-Balikpapan, Puruk Cahu-Mangkatib/Batanjung.

Jalur KA Baru Kalimantan, diantaranya jalur Tanjung-Paringin-Barabai-Rantau-Martapura-Banjarmasin, jalur Balikpapan-Samarinda, jalur Tanjung-Balikpapan, jalur Banjarmasin-Palangkaraya, jalur Palangkaraya-Sangau-Pontianak-Batas Negara (persiapan), dan jalur Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara. (BUN)