JAKARTA - Pembangunan rel kereta double double track (DDT) Manggarai-Cikarang sepanjang 34,14 kilometer diperkirakan baru akan selesai awal tahun 2018. Pembangunannya terkendala pembebasan lahan yang masih terkatung-katung.
Pada saat pembangunan DDT selesai, perjalanan commuter line maupun kereta api jarak jauh dari wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah nantinya tidak akan terganggu atau bersinggungan pada jalur yang sama, jalur double track yang ada pada saat ini.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang didampingi Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko dan Dirut PT Kereta Api Indonesia, Edi Sukmono pada saat melakukan peninjauan lintas DDT Manggarai-Bekasi, Minggu (4/10) berharap dukungan Pemerintah DKI Jakarta dan peran serta masyarakat untuk kesuksesan dan percepatan proyek ini.
‘’Pembangunan lintas DDT ini kan untuk kepentingan nasional, masyarakat juga yang nanti akan merasakan hasilnya. Jadi jangan persulit dalam pembebasan tanahnya dan tentunya jangan jual dengan harga mahal. Karena pembelian lahan oleh pemerintah sudah ada pagunya,’’ kata Menhub.
Jonan mengatakan dengan pengoperasian DDT, penumpang tidak akan mengalami keterlambatan kedatangan comutter line yang menjadi primadona masyarakat Jabodetabek untuk bepergian. Sekarang ini pada lintasan Manggarai-Bekasi, commuter line masih sering dikalahkan oleh kereta api jarak jauh yang juga berjalan di rel yang juga digunakan commuter line.
DDT dibangun dengan tujuan agar perjalanan KRL bisa menjadi independen dari Cikarang ke Manggarai. Kalau kereta api jarak jauh sudah memiliki rel sendiri, nantinya frekuensi commuter line dari Bekasi ke Manggarai frekuensinya bisa ditambah.
Dalam kunjungan kerjanya kemarin, kepada Menhub, seorang warga Bekasi mengeluhkan terlalu sedikitnya perjalanan kereta dari Bekasi ke Manggarai yang bisa menghubungkan ke Tanah Abang atau Kota. Berbeda dengan commuter line dari Bogor atau Serpong yang jumlahnya cukup banyak. Menhub menjelaskan, terlalu sedikitnya perjalanan dikarenakan slot perjalanan yang juga terbatas.
Penambahan lintasan, lanjut Jonan perlu terus dilakukan. Ia memprediksi jumlah penumpang KRL akan semakin bertambah setia tahunnya sehingga diperlukan jalur independen yang mendukung perjalanan kereta. Dia menyadari sulitnya melakukan pembebasan lahan, padahal penumpang semakin berjejal terutama yang ke arah Bekasi.
Edi Sukmono mengatakan, pada hari kerja, penumpang KRL bisa mencapai 850.000 penumpang per hari, bahkan pernah mencapai 914.840 penumpang/hari. PT KCJ memprediksi ada sebanyak 1,2 juta penumpang/hari pads 2018. Tentunya pertambahan jumlah penumpang ini harus diimbangi dengan penambahan gerbong dan jalur kereta.
Sementara itu Hermanto menjelaskan, dana proyek DDT ini merupakan pinjaman IP-508 yang dibagi dalam tiga periode. Periode Awal 11 September 2002 sampai 11 September 2012. Periode Perpanjangan 11 September 2012 sampai 11 September 2016 dan Periode Kontrak Paket B1 antara 1 Desember 2012 sampai 31 Agustus 2016. Proses Lelang Paket B1 sudah dilakukan. Untuk periode konstruksi Paket B1 sudah dimulai 1 Desember 2012 lalu dan akan berakhir pada 31 Agustus 2016.
Pembangunan DDT ini dibagi dalam empat paket pengerjaan. Paket A (Manggarai-Jatinegara) senilai Rp 3,440 triliun, Paket B2(1) (Jatinegara-Bekasi) Rp 900 miliar, Paket B2(2) (Jatinegara – Bekasi) Rp 260 miliar dan Paket B1 (Bekasi-Cikarang) senilai Rp 1,121 triliun.
"Sebagian besar tanah sudah dibebaskan, tinggal beberapa titik yang belum dibebaskan sehingga pengerjaannya terganggu. Yang masih banyak belum dibebaskan itu antara Bekasi sampai Cikarang," ujar Hermanto. (JO)