(Banda Aceh, 6/08/09) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan penggunaan Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh, Kamis, 6 Agustus 2009. Di areal bandara yang merupakan hasil pembangunan ulang dan pengembangan dari bangunan bandara sebelumnya yang rusak akibat terjangan tsunami, 26 Desember 2004 lalu itu, secara bersamaan Presiden juga meresmikan enam proyek infrastruktur Aceh lainnya.
Presiden dalam pidato sambutannya mengungkapkan, pembangunan kembali Bandara SIM yang merupakan bagian dari program pembangunan lanjutan pemulihan infrastruktur Aceh pascatsunami, adalah bagian dari enzim motor penggerak perekonomian Indonesia ke depan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
”Saya melihat, masa depan transportasi kita, termasuk masa depan transportasi udara adalah masa depan yang cerah dan menjanjikan. Ekonomi Indonesia akan terus tumbuh dengan ridho Allah. Pendapatan per kapita akan terus meningkat. Oleh karena itu, pengguna jasa angkutan udara juga akan terus meningkat, baik untuk angkutan barang maupun angkutan orang. Oleh karena itu, apa yang telah dihasilkan, saya cukup berharap menjadi penggerak dari peningatakan ekonomi di aceh. Plihara, rawat dan gunakanlah dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Presiden SBY menambahkan, sudah sepatutnya Indonesia menyiapkan diri untuk membuat perubahan di masa mendatang. Salah satunya adalah menyiapkan dan mengembangkan infrastruktur transportasi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Aceh. ”Sudah sepatutnya kita menjemput 5-10-15 tahun ke depan. Jangan dibayangkan aceh 5 tahun ke depan akan sama seperti sekarang. Semua akan sangat berubah, demikian juga jasa angkutan udara. Oleh karena itu, infrastruktur transportasi harus dikembangkan,” imbuhnya.
Mengutip pernyataan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal yang memberikan pidato sebelum dirinya, Presiden menegaskan, terlepas dari baik dan telah berhasilnya pembangunan infrastruktur transportasi dilakukan, peningkatan keselamatan dan keamanan harus menjadi prioritas untuk diupayakan. Presiden optimistis bahwa peningkatan keselamatan dan keamanan di sektor transportasi adalah hal yang sangat mungkin untuk dilakukan di Indonesia.
Hanya, menurut Presiden, tanggung jawab tersebut tidak hanya dibebankan kepada Departemen Perhubungan selaku regulator. Pada sektor transportasi udara, misalnya, setiap perusahaan yang terlibat di industri penerbangan, para operator, serta masyarakat luas harus memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Ketika peningkatan keselamatan dan keamanan tersebut telah tercapai, Presiden menambahkan, menyusul kemudian harus diupayakan peningkatan mutu pelayanan di bandara, ketepatan waktu, hingga kualitas pelayanan di dalam pesawat.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Presiden, Menhub Jusman Syafii Djamal memaparkan dalam sambutannya, keselamatan dan keamanan memang menjadi konsentrasi utama lembaga yang dipimpinnya sebagaimana yang diinstruksikan Presiden SBY kepadanya. Dipaparkan, instruksi Presiden yang diprioritaskan Dephub tersebut meliputi tiga hal. Antara lain adalah pembangunan fondasi keselamatan penerbangan, membangun sistem keamanan yang andal, serta menciptakan pelayanan yang prima.
Menhub menyebutkan, pada kurun empat tahun terakhir, sepanjang 2005 hingga 2009, telah dicapai kemajuan di dalam bidang keselamatan penerbangan. Meski belum mencapai target yang diharapkan, perbaikan sistem keselamatan dan keamanan tersebut terbilang sangat signifikan. Yaitu di mana jumlah kecelakaan yang mencapai 3,8 kali kecelakaan pada setiap 1 juta operasi penerbangan pada kurun 2000-2004, mampu ditekan menjadi 2,5 kali kecelakaan pada setiap 1 juta operasi penerbangan sepanjang 2004-2009.
”Meski demikian, Presiden selalu berpesan, bahwa kecelakaan bagaimanapun kecil angkanya tetap menyedihkan. Karena itu harus selalu dihindari dan ditindaklanjuti agar turun pada tingkat yang nol. Oleh karena itu target yang diberikan adalah menurunkan angka kecelakaan sesuai bench marking internasional, yaitu 0,8 kali kecelakaan pada setiap 1 juta operasi penerbangan. Mohon maaf, pada kesempatan ini saya belum bisa melaksanakannya,” tutur Menhub Jusman.
Lambang Kemajuan Peradaban
Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda adalah bandara dengan desain terunik yang pernah ada di Indonesia. Keunikan fasilitas yang menyerap dana investasi Rp 125 miliar dari internal PT Angkasa Pura (AP) II, dan Rp 478 miliar dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) tersebut terletak pada desain arsitektur yang memadukan arsitektur Islam-modern pada bagian luar dengan elemen estetik ornamen Aceh di bagian interior.
Bagian luar bandara yang menampilkan tiga kubah sebagai perlambang tiga unsur keistimewaan utama Aceh, yaitu agama, budaya, dan pendidikan, menjadiciri khas yang sangat eksentrik. Satu kubah utama diletakkan sebagai pusat bangunan, dan dua kubah kecil di atas menara yang dilengkapi garbarata sebagai pintu gerbangnya. Desain khas inilah yang membuat tampilan bandara berkapasitas hingga 1,750 juta penumpang per tahun itu lebih menyerupai bangunan sebuah masjid raya dari pada sebuah bandara. Arsitek terminal memilih tiga kubah sebagai ciri arsitektur Islami adalah untuk menggambarkan peran dominan peradaban Islam dalam kehidupan di Aceh sebagai Serambi Mekkah.
Dengan dana yang mencapai lebih Rp 600 miliar tersebut, bentuk dan perwajahan Bandara Sultan Iskandar Muda kini bertolak belakang dengan kondisi sebelumnya. Pengembangan bandara ini meliputi gedung terminal penumpang baru hingga seluas total 14.144 meter persegi, memperpanjang landasan pacu dari 2500 meter menjadi 3000 meter, memperluas apron atau parkir pesawat, dan membangun tower atau menara.
Menhub menjelaskan, pada 2008, tercatat jumlah penumpang internasional pengguna bandara ini mencapai 72.755 orang dan domestik sebanyak 502.107 orang. Sedangkan rata-rata pertumbuhan penumpang selama tiga tahun terakhir (2005-2008) sebesar lima persen. ”Dengan pembangunan fasilitas ini, diharapkan pertumbuhan penumpang di Bandara Sultan Iskandar Muda meningkat menjadi 10-15 persen per tahun. Pada 2013, diprediksi penumpang domestik yang memanfaatkan bandara ini mencapai 1,3 juta orang dan penumpang internasional sebanyak 100 ribu,” jelasnya.
Menhub berharap, dengan fasilitas dan tmapilan baru yang dimiliki saat ini, Bandara Sultan Iskandar Muda bisa menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah. ”Melalui bandara ini pula akan terbuka pintu gerbang silaturahmi dan jendela perdagangan, antara Aceh dengan provinsi lain di Indonesia dan kota lain di Malaysia dan Singapura, serta kawasan internasional lainnya. Dari bandara ini pula diharapkan dapat tercipta awal perjalanan udara yang aman, selamat dan nyaman,” ungkap Menhub Jusman. (DIP)