(Jakarta, 27/6/2012) Peluang pihak swasta untuk membuat sekolah yang menghasilkan lulusan sebagai petugas Air Traffic Controllers (ATC) untuk dunia penerbangan terbuka lebar. Mengingat kebutuhan yang tinggi akan permintaan petugas ATC, pemerintah tidak menutup kemungkinan tumbuhnya sekolah-sekolah swasta ini. “Tidak menutup kemungkinan bahwa ATC itu tidak harus dari pemerintah, swasta pun boleh,” demikian disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti di sela-sela acara Indonesia Aviation Training & Education Conference (IATEC) 2012 di Hotel Sultan, Jakarta Rabu (27/06).
 
Herry mengatakan untuk mengantisipasi kekurangan ATC saat ini, pemerintah bekerja sama dengan AP I dan AP II telah membuat training-training khusus. “Mengatasi kekurangan ATC saat ini, AP I dan AP II sudah bekerja sama dengan BPSDM untuk melaksanakan training-training, sehingga kebutuhan akan ATC bisa kita lengkapi,” katanya lagi.
 
Herry menambahkan pemerintah akan memfasilitasi pendirian dan pengembangan sekolah penerbangan baru. “Pada saat ini Kemenhub melalui BPSDM dan Ditjen Perhubungan Udara meningkatkan sekolah-sekolah juga melengkapi fasilitas yang ada serta mengajak swasta untuk mendirikan sekolah,” jelasnya.
 
Kepala BPSDM Perhubungan Bobby Mamahit mengatakan saat ini penyediaan personil di dunia penerbangan seperti pilot, ATC dan teknisi, di lima sekolah yang berada di bawah BPSDM sedang ditingkatkan. “Untuk di lima sekolah ini kita sedang giat-giatnya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas,” tandas Bobby.
 
Khusus ATC, Bobby menjelaskan tahun ini telah sekitar 400 ATC yang dihasilkan oleh BPSDM. “Melalui crash program dengan AP I dan AP II, tahun ini kita bisa menambah 150 orang. Untuk per tahun dari 5 sekolah pemerintah dapat menghasilkan sekitar 250 orang ATC serta sekolah kami yang di Curug, Surabaya, Makassar dan Medan, sudah memiliki simulator yang canggih untuk ATC,” terangnya. (HH)