JAKARTA - Pelabuhan Patimban kini telah menjadi episentrum baru dalam pengembangan perekonomian dan industri di luar Jabodetabek yaitu kawasan yang terdiri dari Subang, Sumedang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Semuanya di kawasan bagian utara Provinsi Jawa Barat.

Kehadiran Pelabuhan Patimban tidak hanya mempermudah aliran dan konektivitas sektor pendistribusian dan logistik masa depan, tetapi juga menjadi simpul dari kegiatan ekspor outomotif dari sejumlah kawasan Industri di Jawa Barat.

Kehadiran Patimban juga merupakan upaya Pemerintah menyeimbangkan arus logistik antara wilayah Indonesia Barat, Indonesia Bagian Tengah, dan Timur Indonesia yang dapat mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan.

“Kami membangun infrastruktur transportasi laut seperti Pelabuhan Patimban dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berparadigma Indonesia Sentris atau merata ke seluruh wilayah,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, beberapa waktu silam, di Jakarta.

Daya Saing Harus Disiapkan dari Sekarang

Pelabuhan Patimban merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp18,9 triliun. Keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan daya saing logistik nasional, sehingga dapat mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas 2045 yang digagas oleh Presiden Joko Widodo.

Kementerian Perhubungan akan terus mengupayakan pengembangan Pelabuhan Patimban agar dapat berfungsi secara optimal, dengan berbagai upaya yang dilakukan, antara lain mengajak kerjasama dengan pihak swasta PMDN/PMA untuk meningkatan kapasitas terminal, membangun akses jalan, serta membangun ekosistem di sekitar kawasan pelabuhan. Saat ini sudah ada sejumlah negara telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi.

Sementara, penyelesaian proyek pembangunan Pelabuhan Patimban fase 1 yang meliputi terminal peti kemas yang memiliki kapasitas 250.000 TEUs (twenty-foot equivalent unit) dan terminal kendaraan berkapasitas 218.000 CBU (completely build up) sudah rampung. Kemudian dilanjutkan pembangunan proyek fase ke-2 yaitu tahap konstruksi pembangunan untuk meningkatkan kapasitas terminal kendaraan menjadi 600.000 CBU dan terminal peti kemas mencapai 3,75 juta TEUs – dari total target 7,5 juta TEUs.

Pembangunan Pelabuhan Patimban, menurut Menhub, akan memberikan dampak langsung terhadap peluang usaha/bisnis yang berkaitan langsung dengan jasa layanan aktivitas/kegiatan bongkar muat barang/komoditi melalui Pelabuhan Patimban yang selanjutnya bakal disistribusikan ke berbagai daerah di luar Jawa – masih di dalam negeri maupun ke mancanegara, seperti pembangunan Subang Smarpolitan yang dibangun PT Suryacipta Swadaya yang akan beroperasi pada triwulan III - 2024.

Kawasan industri baru, Subang Smartpolitan di Subang Jawa Barat ini akan terintegrasi dengan jalan tol dan pelabuhan sehingga berpotensi menarik investor baru atau investor lama yang berencana melakukan ekspansi bisnis.

Pihak PT Suryacipta Swadaya, sebagai pengembang, bahkan berencana mengembangkan kawasan industri baru di Subang yang terintegrasi dengan Prelabuhan Patimban dan akses tol Patimban sepanjang 37.05 km di lahan seluas 2.717 hektar. Kawasan industri ini telah dibangun secara bertahap sejak 2020 dengan nilai investasi untuk fase pertama mencapai sekitar Rp 5 triliun.

Pada tahun 2023 lalu, pihak perusahaan juga telah mengalokasikan anggaran Rp1 triliun untuk pembebasan lahan maupun penyiapan lahan. Pada Fase I yang telah dibangun kawasan industri seluas 400 hektar ini ditargetkan siap secara keseluruhan di tahun 2024. “Jadi sudah serah terima kepada para pembeli dan mereka sudah bisa membangun pabrik dan juga sudah bisa mulai operasional di akhir tahun 2024,” kata Managing Director PT Suryacipta Arryanto Sumadhija, seperti dikutip beberapa media beberapa waktu lalu.

Subang Smartpolitan dikembangkan dengan konsep smart and sustainable (cerdas dan berkelanjutan). Kawasan ini terkoneksi ke infrastruktur nasional Tol Cikopo-Palimanan atau Tol Trans Jawa, serta terkoneksi dengan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati dan Tol Patimban yang akan selesai pada tahun 2024.

Menciptakan Kawasan Industri Baru

Di kawasan Subang Smartpolitan terdapat kawasan industri, kawasan komersial, kawasan perumahan, fasilitas publik, dan sebagainya. Kawasan perumahan dikembangkan di bagian selatan seluas 80 hektar dan disiapkan untuk kalangan pekerja menengah ke bawah.

Subang Smartpolitan termasuk dalam kawasan perluasan koridor Rebana Metropolitan di Jawa Barat. Rebana Metropolitan merupakan kawasan gabungan dari enam kabupaten dan satu kota yang direncanakan menjadi masa depan Jawa Barat, yang meliputi Subang, Sumedang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon.

Selain Pelabuhan Patimban sebagai episentrum pengembangan perekonomian Rabana Metropolitan, ada satu lagi infrastruktur moda transoratasi udara yakni Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau kerap disebut Bandara Kertajati yang juga memiliki andil dalam upaya meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kawasan Jawa Barat.

Bandara Kertajati, diproyeksikan sebagai simpul baru pengembangan perekonomian wilayah Jawa Barat bagian Utara yang memfasilitasi sektor transportasi dalam upaya memperlancar percepatan pertumbuhan perekonomian di wilayah Kawasan Jawa Barat - salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.

Semaentara ini Bandara Soekarno-Hatta yang berada di Kawasan Cengkareng Banten seringkali mengalami overload dan menjadi penyebab kemacetan di kawasan Kota Jakarta, sehingga membuat masyarakat di utara Jawa Barat mengalami hambatan perjalanan untuk menuju bandara yang diinginkan jika harus bepergian. Sementara itu, Bandara Husein Satranegara yang berada di Kota Bandung memiliki keterbatasan fasilitas runway sehingga sulit didarati pesawat besar.

Bandara Kertajati memiliki luas lahan sebesar 1.800 hektar, dengan luas terminal penumpang 121.000 meter persegi dan terminal kargo 90.000 meter persegi, serta panjang runway 3.000 meter x 60 meter. Bandara ini diproyeksikan dapat melayani sebanyak 5,6 hingga 12 juta penumpang, dan diproyeksikan dapat menampung penumpang sebanyak 29,3 juta orang per tahun.

Konektivitas Transportasi untuk Pertumbuhan Perekonomian

Setelah terkoneksinya Tol Cisumdawu, perannya di masa mendatang tidak hanya mengoptimalkan Bandara Kertajati, namun memiliki tujuan utama dan penting yaitu sebagai jalan tol yang mengintegrasikan konektivitas.

Kawasan Rebana dibangun dengan poros pertumbuhan berupa infrastruktur perhubungan, yaitu Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Patimban, dan Bandara Kertajati. Ketiga infrastruktur perhubungan ini memainkan peranan penting dalam pergerakan orang dan barang baik dalam konstelasi nasional maupun global.

Bandara Kertajati juga akan menjadi magnet bagi berkembangnya Kawasan Cirebon Raya yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu (Ciayumajakuning), juga kawasan Bandung Raya, meliputi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang, dan kawasan Bodebekkarpur meliputi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta.

Dalam suatu kajian kewilayahan dan demografis disebutkan, Bandara Kertajati dan Pelabuhan Patimban merupakan episentrum baru dan perlintasan dari berbagai daerah pusat ekonomi, seperti Jakarta, Bandung, dan Karawang, serta beberapa wilayah bagian utara Jawa Barat sehingga sangat prospektif menjadi metropolis baru dalam dalam beberapa dekade ke depan. (IS/AS/RY/ME)