(Jakarta,21/4/2014) - Pengoperasian moda transportasi massal berbasis rel (mass rapid transit - MRT) Lebak Bulus - Kampung Bandan diperkirakan akan mampu mengalihkan lebih dari 20 persen pengguna kendaraan pribadi baik motor maupun mobil.
"Dengan pelayanan yang baik, ketepatan waktu perjalanan serta aman dan nyaman, bisa lebih dari yang terjadi pada busway. Di atas 20 persen," M. Akbar, Kepala Dishub DKI dalam Seminar dan Workshop "Optimasi Pelayanan Angkutan Umum Dengan Beroperasinya MRT Di Kota Jakarta" di Kampus Universitas Tarumanagara, Jakarta, Sabtu (18/4).
Akbar mencontohkan, ketika busway beroperasi, pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke busway mencapai 20 persen. "Saya perkirakan bisa di atas 20 persen pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke MRT," ujar Akbar.
Sementara itu Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengungkapkan, transportasi massal MRT merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di kawasan Jabodetabek. Pembangunan MRT Lebak Bulus - Kota diharapkan mampu memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke sarana transportasi umum tersebut sehingga mengurangi kemacetan jalan di kawasan Jabodetabek.
Namun ia mengakui, pembangunan MRT Lebak Bulus - Kampung Bandan mengalami keterlambatan 3 tahun dari rencana karena kendala pendanaan akibat krisis keuangan global. "Akhirnya pendanaannya bisa diperoleh dari Jepang dalam bentuk pinjaman lunak dengan jangka waktu 40 tahun," ungkap Hanggoro.
Saat ini lanjut Hanggoro, sedang dilakukan pengerjaan fisik untuk tahap satu Lebak Bulus - Bunderan HI dan ditargetkan selesai tahun 2017. Setelah itu, dilanjutkan pengerjaan tahap II Bunderan HI - Kampung Bandan yang diperkirakan selesai tahun 2020. "Jadi tahun 2020 nanti MRT sudah bisa dinikmati," ujar Hanggoro.
Hanggoro mengatakan, untuk mengembangkan moda transportasi di Jabodetabek, pemerintah pusat telah memiliki Rencana Umum Jaringan Jalur Kereta Api (KA) tahun 2014 - 2030 yang diatur dalam PM No.54 tahun 2013. Hanggoro mengatakan, saat ini jalur kereta yang telah ada di Jabodetabek sepanjang 160,7 KM terdiri atas beberapa lintasan (line) yaitu Lintas Tengah (Jakarta Kota - Mangarai 9,7 KM), Lintas Bogor (Bogor - Manggarai 44,9 KM), Lintas Bekasi (Bekasi - Jatinegara 14,6 KM), Lintas Timur (Jakarta Kota - Pasar Senen - Jatinegara 11,4 KM), Lintas Barat (Tanah Abang - Kampung Bandan 15, 6 KM), Lintas Serpong (Tanah Abang - Serpong 23,2 KM), Lintas Tangerang (Duri - Tangerang 19,3 KM), Lintas Tanjung Priok (Jakarta Kota - Tanjung Priok 9 KM), dan Lintas Nambo (Citayam - Nambo 13 KM).
Dalam Rencana Jaringan Jalur Kereta Api 2014 - 2030 pemerintah akan membangun jalur kereta Bandara Soekarno - Hatta (commuter line) sepanjang 12 KM, Jalur Bandara Soekarno - Hatta (express line) 38 KM, MRT East - West (Cikarang - Balaraja) 90 KM, MRT Esat - West (Bekasi - Cikokol) 52 KM, MRT Nort - South (Lebak Bulus - Kampung Bandan) 23 KM, Jalur KA Lingkar Luar (Parung Panjang, Citayam, Nambo, Cikarang - Tanjung Priok) 60 KM, Jalur KA Lingkar Dalam (Kamal Muara - Rawa Buaya - Lebak Bulus - Margonda - Cibubur - Cakung - Pulo Gebang - Tanjung Priok) 75 KM, Pluit Line (Pluit - Daan Mogot - Kebayoran Lama) 15 KM dan Sunter Line (Sunter - Cempaka Baru - Jatinegara) 21 KM.
Selain itu juga akan dikembangkan KA Monorel meliputi Jalur Biru (Kampung Melayu - Casablanca - Tanah Abang - Tomang) sepanjang 14 KM, Jalur Hijau (Rasuna Said - Gatot Subroto - SCBD - Gelora Senayan - Asia Afrika - Taman Ria - Gatot Subroto - Pejompongan) 14 KM, Jalur Selatan (Cawang - Cibubur - Bogor) 54 KM, Jalur Timur (Cikarang - Cawang - Kuningan) 43 KM, dan Jalur Barat (Batu Ceper - Serpong) 22 KM. (SNO).