(Jakarta, 11/2/2013) Penggunaan moda transportasi Monorel perlu lebih dikaji terutama dalam hal sustainability (kesinambungan) baik dari sisi sistem maupun dari sisi bisnisnya. Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono saat mengunjungi pabrik pembuatan Monorel milik PT. Melu Bangun Wiweka di Cibitung (MBW), Bekasi. Senin(11/2).
Bambang Susantono hadir bersama Wakil Menteri Perindustrian Alex SW. Retraubun, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Tundjung Inderawan, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A. Iskandar, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit, pengamat transportasi dari Instrans Darmaningtyas, dan Ketua Forum Perkeretaapian MTI Djoko Setijowarno.
Menurut Bambang, moda transportasi monorel dibanding dengan angkutan massal yang lain seperti Busway, MRT dan Kereta Api, belum terlihat secara jelas sustainability/kesinambungan dari pembangunan monorel ini.
"Yang disebut sustainable itu ada dua, yang pertama dari sistem, sistem tersebut harus terbuka untuk pengembangan selanjutnya, tapi yang lebih penting adalah sustainable dari sisi bisnisnya. Dalam menerima proposal, kita mau lihat sejauh mana business plannya," jelas Bambang.
Yang menjadi tantangan bersama, lanjut Bambang adalah bagaimana meyakinkan publik bahwa monorel merupakan transportasi yang tepat dalam membantu mengatasi kemacetan terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan yang terpenting adalah angkutan massal yang biayanya terjangkau oleh masyarakat. Kami, lanjut Bambang, dari sisi kemenhub, lebih melihat pada standar keselamatan, operasi dan kesesuaian jaringan dengan sistem transportasi yang lain.
"Kita harus jawab keraguan masyarakat mengenai teknologi yang dikembangkan pada monorel ini, ini tantangan kita bersama. kita ingin segera menyelesaikan masalah kemacetan, ongkos yang ditimbulkan dari sistem (monorel) seperti ini harus tetap terjangaku bagi masyarakat dan terbukti kehandalannya. Nanti akan kita lihat bisnis plannya, kedepan kita bisa lihat satu sistem transportasi yang aman, nyaman, terjangkau dan handal," ujarnya.
Bambang menuturkan, apa yang dilakukan oleh PT. MBW ini merupakan suatu karya anak bangsa yang perlu mendapatkan apresiasi. menurutnya, Pemerintah perlu membantu agar Produsen Monorel dalam negeri ini dapat berdaya saing dengan produsen dari luar negeri.
Dirinya berpesan agar PT. MBW segera membuka komunikasi dengan pihak-pihak yang ingin membangun monorel, sehingga pada akhirnya diharapkan pihak tersebut dapat menggunakan produk monorel dari PT. MBW.
Pemerintah saat ini tengah mempercepat pembuatan peraturan mengenai standar penyelenggaraan monorel. "Tahun ini diharapkan bisa selesai, kita semua akan duduk bersama dengan seluruh unsur untuk memastikan alat yang beroperasi bisa dijamin operasionalnya, " tutupnya. (RDH)