(Ambon,  17/7/2010) Pemda Maluku telah menyiapkan Kapal Motor Bukit Siguntang dan  Kapal Motor Tunas Wisesa III sebagai hotel terapung. Hal ini dilakukan  untuk mengantisipasi kemungkinan membeludaknya peserta mapun wisatawan  yang akan menyaksikan pagelaran akbar bertarap internasional, Sail Banda  2010 pada 1-4 Agustus 2010.
Kepala Dinas Perhubungan Propinsi  Maluku Benyamin Gaspersz kepada www.dephub.go.id di kantornya akhir  pekan lalu mengatakan, jumlah kamar yang tersedia di hotel-hotel yang  tersebar di Ambon dan di Pulau Banda hanya sekitar 2.000 tempat tidur,  sementara peserta dan wisatawan yang akan datang di perkirakan lebih  dari 4.000 orang.
Hotel bintang lima hanya satu yaitu Aston  Natsepa Ambon, hotel bintang empat ada Swiss Bell Hotel Ambon, sedangkan  untuk bintang tiganya ada Amans Hotel, Amaris Hotel, Ambon Manise  Hotel, Manise Hotel dan sisanya hotel-hotel bintang dua dan melati.
KM  Bukit Siguntang bisa di sulap menjadi 200 tempat tidur untuk kelas  khusus, sedangkan  untuk kelas wisata dan ekonomi disulap menjadi 600  tempat tidur. Bilamana ‘terpaksa’ bisa juga digunakan dek maupun upper  dek yang bisa menampung 2000 orang 
Sedangkan Kapal Tunas Wisesa  yang berjenis roro dapat menampung lebih dari 360 orang.
Benny,  panggilan akrab Benyamin menjelaskan, kapal-kapal tersebut akan merapat  di sekitar Pelabuhan Ambon  pada tanggal 1 Agustus, sehingga  sebelum acara puncak Sail Banda 2010 yang akan diresmikan oleh Presiden  RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 3 Agustus 2010 kamar-kamar hotel  terapung sudah dapat dimanfaatkan.
pada tanggal 1 Agustus, sehingga  sebelum acara puncak Sail Banda 2010 yang akan diresmikan oleh Presiden  RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 3 Agustus 2010 kamar-kamar hotel  terapung sudah dapat dimanfaatkan.
Berapa biaya untuk  masing-masing kamar? Benny mengatakan tarif ditentukan oleh  masing-masing pemilik kapal. Namun dalam pertemuan antara pantia Sail  Banda,  Pemda Maluku, Pelni dan BUMN telah disepakti wisawatan yang  menginap di hotel terapung ini hanya dikenakan biaya untuk makan saja.
Bukan  hanya kapal yang disiapkan untuk menampung peserta dan wisatawan Sail  Banda. Rumah-rumah pejabat, wisma milik Pemda maupun tempat-tempat  Diklat.
Manager Humas PT Pelni (Persero) Edy Heryani mengatakan,  selain menyiapkan KM Bukit Siguntang menjadi hotel terapung pada event  Sail Banda 2010, PT Pelni juga memberikan dukungan lain berupa  mempertahankan frekuensi keberangkatan kapal-kapal Pelni dari Ambon  menuju Pulau Banda, yang dijadikan sebagai salah satu lokasi kegiatan  pelayaran internasional itu baik sebelum maupun sesudah event Sail Banda  2010.
Semua kapal PT. Pelni yang melayari rute Ambon-Banda  maupun Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD) disiapkan  untuk diberangkatkan saat pelaksanaan Sail Banda. "Kami berharap  dukungan PT Pelni ini dapat membantu suksesnya Sail banda 2010 selain  membantu mendongkrak popularitas Maluku yang kaya potensi wisata bahari  maupun sumber daya alam, sehingga terbuka peluang investasi di masa  mendatang dan arus kunjungan wisatawan semakin meningkat," katanya.
 
 
  Kapal Rumah Sakit
Kapal Rumah Sakit
 
Bukan  hanya KM Bukit Siguntang dan KM Tunas Wisesa III yang disulap dari kapal  penumpang menjadi hotel terapung. TNI AL juga telah menyiapkan KRI dr  Soeharso sebagai kapal rumah sakit.
Bersamaan dengan dilangsungkannya  Sail Banda 2010, Kantor Menko Kesra, Departemen Kesehatan dan TNI AL  menggelar acara bakti sosial dengan sandi Baksos Surya Baskara Jaya  (SBJ) Sail Banda 2010. KRI dr Soeharso menyiapkan  88 personil kesehatan  untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat Maluku  antara lain operasi bibir sumbing, katarak dan KB.
Bakti sosial  KRI dr Soeharso antara lain di Namlea, Buru, Masohi, Banda dan Ambon  pada  11 juli hingga 2 Agustus 2010 mendapat dukungan dari negara-negara  sahabat. Amerika Serikat misalnya mengirimkan kapal UNNS Mercy T-AH 19  kapal rumah sakit besar yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan  lengkap, Singapura mengirim kapal angkatan lautnya RSS Endeavour dan  Australia juga akan mengirim 2 unit kapal bantuan. 
Bilamana di  daerah tersebut KRI dr Soeharto dan kapal-kapal asing tidak bisa  merapat, maka akan disiapkan kapal yang lebih kecil untuk menjemput  calon pasien dan dibawanya ke atas kapal. Dan jika operasi di kapal  tidak bisa dilakukan, akan di rujuk ke rumah sakit   dan tidak dikenakan  biaya. (TIM)
 
