(Jakarta, 15/07/09) Keputusan Uni  Eropa (UE) untuk melepaskan empat maskapai Indonesia, Garuda Indonesia, Mandala Airlines, Airfast, dan PremiAir, dari daftar larangan terbang, membuka jalan bagi Indonesia untuk memajukan industri penerbangan nasional di masa mendatang.


”Dengan dikeluarkannya empat maskapai dari daftar larangan, kita akan dapat mengembangkan jalur dan lintasan baru angkutan udara, serta mengembangkan sejarah hubungan antara Indonesia dengan Uni Eropa,” kata Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal dalam jumpa pers terkait pencabutan larangan terbang UE di Gedung Departemen, Jakarta, Rabu (15/7).


Komitmen yang tinggi untuk meningkatkan dan menjaga standar kemanan dan keselamatan penerbangan sesuai standar internasional, lanjut Menhub, menjadi modal dasar bagi Indonesia untuk mencapai harapan tersebut. Diharapkan, kerja keras selama lebih dari 18 bulan sejak dikeluarkannya larangan terbang pada Juli 2007 tersebut menjadi tidak sia-sia. Yaitu di mana saat ini, kredibilitas otoritas penerbangan Indonesia dan kepercayaan dari Uni Eropa telah pulih seperti sedia kala.


Menjadi salah satu bukti kepercayaan itu adalah ditandatanganinya perjanjian kerja sama dan kemitraan (Partnership and Cooperation Agreement/PCA) oleh para pejabat senior Departemen Luar Negeri dan Komisi UE di Jogjakarata. PCA itu sendiri membuka fase baru dalam hubungan antara UE dan Indonesia, di mana dapat dimulainya bidang-bidang kerja sama yang baru, maupun meningkatkan hubungan perdagangan dan kebudayaan.


Khusus pada sektor perhubungan udara, pemerintah Indonesia dan UE telah memulai pembahasan mengenai kerja sama sektor penerbangan yang akan menjamin kerja sama lebih kerat di kemudian hari antara Indonesia dan UE.


”Indonesia ke depan akan selalu menjaga komitmen untuk menjaga keselamatan. Itu menjadi prioritas industri penerbangan ke depan. Diharapkan tidak ada lagi ruang tersisa bagi kesalahan yang sama dengan terus menyesuaikan standar keselamatan, yang sebenarnya upaya itu telah dimulai jauh sebelum adanya larangan terbang ini,” jelas Menhub.


Departemen Perhubungan, sambung Menhub, akan terus terus menunjukkan semangat dan melakukan kerja sama untuk mengangkat seluruh maskapai yang masih berada dalam daftar larangan terbang UE.


”Upaya (pencabutan larangan terbang) ini bukan perjalanan yang mudah, karena berhubungan dengan masalah keselamatan. Tanpa kerja keras, kemitraan yang baik dan kerja sama teknis dari Unit Keselamatan Penerbangan UE, maka tidak akan ada akhir yang baik,” ujar Menhub.


Keputusan pencabutan larangan tersebut dikeluarkan setelah dilakukannya kerja sama teknis secara intensif sekitar 12 bulan, untuk menanggapi 121 temuan masalah keselamatan udara yang teridentifikasi organisasi penerbangan sipil internasional ICAO, 2007 silam. Selama kurun waktu tersebut, enam negara UE beserta Komisi Eropa mengerahkan 10 ahli untuk bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.


Tindak Lanjut Operator Penerbangan
Dengan dicabutnya larangan terbang, Garuda Indonesia langsung menyatakan kesiapanya membuka kembali penerbangan ke sejumlah negara di Eropa. Penerbangan pertama akan dilakukan pada semester satu 2010 ke Amsterdam dengan 2 pesawat.


"Ada nilai historis Indonesia dan Belanda sehingga memilih Amsterdam," kata CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar, usai acara. Untuk itu, lanjut Satar, pihaknya tengah mempersiapkan jalan ke penerbangan perdana tersebut, seperti mempersiapkan jaringan, sistem, dan jalur distribusi.


Menurutnya, perlu persiapan beberapa bulan untuk melakukan hal tersebut. "Harus mulai dari sekarang karena perilaku orang Eropa sudah merencanakan akan pergi 9-10 bulan sebelumnya," ujarnya.


Menurut Emirsyah Satar, pihaknya merencanakan untuk menerbangkan 2 pesawat ke Amsterdam. Namun, sampai saat ini belum diputuskan jenis pesawat yang digunakan. Meski demikian, ia menekankan bahwa pada penerbangan awal pesawat yang digunakan belum dapat terbang langsung, tetapi perlu satu kali transit.


"Belum langsung, akan singgah dulu ke Dubai," paparnya. Pilihannya dengan pesawat Airbus 330-200 atau Boeing 737-800 NG atau jenis pesawat lain.


VP Corporate Secretary Garuda Pujobroto menambahkan, dibukanya kembali jalur penerbangan ke Eropa akan memberi dampak ekonomi langsung bagi Indonesia. Pujobroto memperkirakan, ada potensi USD 9 juta dari ratusan wisatawan Eropa yang selama ini berkunjung ke Indonesia.


"Selama ini mereka melakukan perjalanan di Indonesia tidak memakai pesawat Indonesia. Kini setelah dibuka, peluang itu terbuka," katanya.


Sementara itu, Direktur Utama Mandala Diono Nurjadin yang juga hadir di acara tersebut mengungkapkan, pihaknya tidak akan mengambil langkah senada dengan Garuda untuk membuka penerbangan internasional ke Eropa. Tetapi, Mandala akan mengambil keuntungan lain dari pencabutan tersebut.


”Konsentrasi kami saat ini masih pengembangan rute domestik, belum ada rencana jangka pendek terbang ke Eropa. Tetapi pencabutan ini membuka peluang kami meningkatkan jumlah penumpang dengan tambahan wisatawan Eropa,” ujarnya.


Di sisi lain, Diono menambahkan, pihaknya akan mendorong sektor pariwisata dan masyarakat Eropa di dunia untuk dapat menikmati objek-objek wisata di Indonesia dengan membuka layanan interline connection melalui kerja sama dengan maskapai internasional.


Dijelaskan Diono, Mandala yang saat ini melayani 17 kota tujuan dan hanya mengoperasikan armada Airbus, menerapkan open door policy untuk dapat diaudit oleh pihak ketiga. (DIP)