(Jakarta, 10/6/11) Antisipasi dan solusi antrian  di pelabuhan Merak yang terjadi sejak Februari 2011 lalu terus diurai. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari identifikasi pada operasional kapal, pelabuhan, maupun demand.

Ada beberapa aspek yang membuat terjadinya antrian di pelabuhan Merak, diantaranya peningkatan demand, aspek sarana, aspek manajemen lalu lintas di pelabuhan dan alur, prasarana, dan cuaca yang ekstrim.

Direktur Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Direktorat Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Wiratno mengemukakan, faktor kapasitas angkut menjadi salah satu penyebab yang sangat signifikan terjadinya antrian, karena terdapat kapal yang didocking dan mengalami kerusakan.

Dalam kondisi normal, kapal siap guna untuk lalin penyeberangan Merak-Bakauheni sebanyak 33 unit.

"Namun setiap bulannya terdapat empat kapal yang wajib docking sehingga yang beroperasi akan berkurang, apalagi bila terdapat kapal yang harus dilakukan pembenahan sehingga akan membuat kapal lebih lama tidak beroperasi dan otomatis mengurangi jumlah kapal angkut," jelas Wiratno, di Bogor, Jumat dalam Diskusi Interaktif "Mengurai Kemacetan Pelabuhan Merak dan Urgensi Kereta Api Bandara".

Wiratno juga menambahkan bahwa sejak awal 2011 lalu, berdasarkan data yang diperoleh, terdapat empat jenis muatan baru yang melewati penyeberangan Merak-Bakauheni yakni truk yang membawa tiang pancang sepanjang 12meter, pembawa semen curah, kontainer, dan pembawa mobil profit (mobil baru).

Direktur Usaha PT ASDP Indonesia Ferry, Prasetyo Bakti Utomo menguraikan lebih detil bahwa berdasarkan identifikasi yang dilakukan, kapal yang beroperasi saat ini hanya 16-19 unit dari 33 kapal yang mendapat ijin sehingga hanya bisa melayani 62-65 trip saja setiap harinya dari jadwal yang tersedia 96 trip.

Selain itu, kapasitas angkutnya saat ini hanya 21.383 penumpang dan 3.899 unit kendaraan campuran dari kemampuan seharusnya mencapai 48.000 penumpang dan 6.144 kendaraan campur. Ditambah lagi usianya yang rata-rata 25 tahun ke atas sehingga sering mengalami kerusakan.

"Saat ini terdapat 42 unit kendaraan yang tidak terangkut setiap jamnya atau 1.200 kendaraan/hari sehingga menambah antrian keluar dari pelabuhan," ujar Prasetyo.

Kapasitas parkir pelabuhan yang minim yakni hanya mampu menampung 935 kendaraan menurut Prasetyo membuat antrian semakin panjang, karena kendaraan yang mengantri mencapai 3.000 kendaraan sehingga 2.000 kendaraan antri di luar pelabuhan.

Prasetyo menambahkan, beberapa solusi sudah dilakukan dan saat ini, kelonggaran sudah mulai bisa terlihat walau belum signifikan. Diantaranya adalah dengan mengaktifkan Porth Traffic Control (PTC) untuk mengatur alur kendaraan sehingga perusahaan pelayaran yang beroperasi tidak bisa lagi memilah-milah muatannya.

Tak hanya itu saja, saat ini sedang disiapkan Ship Traffic Control (STC) untuk mengontrol laju dan posisi kapal sehingga terhindar dari kemungkinan adanya 'penyelewengan' informasi dari operator. (CHAN)