(Jakarta, 10/10/12) Kondisi infrastruktur yang mengalami kendala akhir-akhir ini pada jalur kereta rel listrik (Jabotabek) khususnya lintas Bogor-Jakarta dan sebaliknya membuat kerap terjadi keterlambatan dan mengganggu kenyamanan pengguna KRL.

Seperti diketahui pada Kamis pagi (4/10) lalu, terjadi KRL anjlok di stasiun Cilebut untuk relasi Bogor-Jakarta yang mengakibatkan perjalanan terhambat dan kereta api hanya dijalankan dari Stasiun Bojonggede-Jakarta dan sebaliknya.
 
Perbaikan yang memakan waktu hingga petang membuat perjalanan kereta api sepanjang hari itu menjadi terganggu jadwalnya dan KRL dapat berfungsi normal pada malam harinya. Namun sayangnya usai kejadian itu, PT Kereta Api kembali mendapatkan kejadian tidak mengenakkan dimana terjadi tanah longsor di rel antara Cilebut-Bojonggede pada Selasa sore (9/10).
 
Akibat dari terjadinya longsor tersebut melalui pengumuman yang diinformasikan di stasiun-stasiun, kecepatan KRL maka dikurangi menjadi lima kilometer/jam pada jalur itu sehingga secara otomatis membuat perjalanan terlambat lima hingga 10 menit dari jadwal seharusnya untuk setiap perjalanan KRL.
 
Menanggapi kondisi yang terjadi belakangan ini, Dirjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan Tundjung Inderawan mengatakan, perlu penanganan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi. Namun begitu, diakuinya bahwa tidak bisa begitu saja menggelontorkan dana untuk alokasi penanganannya.
 
"Kita bukannya tidak mau memprioritaskan, namun setiap dana yang harus dikeluarkan harus sesuai dengan mata anggarannya dan sudah sesuai dengan DIPA. Tetapi kami akan evaluasi dan melihat apabila ada kemungkinan dana yang bisa dialokasikan maka akan dilakukan penanganan lebih khusus," ujar Tundjung di Jakarta, Rabu (10/10).
 
Tunjung menjelaskan bahwa untuk pendanaan tidak bisa tiba-tiba muncul karena penganggaran sudah diatur jauh hari sebelumnya dan mekanisme penggunaan berdasarkan DIPA sesuai peruntukannya. (CHAN)