JAKARTA – Transportasi kereta api sudah menjadi bagian integral dari sistem transportasi modern negara-negara maju. Dalam mengelola perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya, negara-negara maju berlomba-lomba memberikan pelayanan transportasi yang cepat, aman, dan efisien kepada rakyatnya. Kualitas sistem transportasi dari sebuah negara tersebut juga menunjukkan indikator kemajuan bangsanya.
World Economic Forum, seperti yang ditulis dalam Laporan Travel And Tourism Competitiveness 2019 menyebutkan ada 5 negara yang memiliki sistem transportasi terbaik, yaitu Hongkong, Singapura, Belanda, Swiss, dan Jepang.
Hongkong telah memiliki sistem transportasi yang dirancang untuk kebutuhan masyarakatnya yang serba cepat menuju ke suatu tempat tujuan. Sebagian besar wilayah di Hongkong terhubung oleh Mass Transit Railway/Moda Raya Transportasi (MTR) dan terintegrasi dengan moda lain seperti bus, trem, atau taksi. Bahkan, antarpulaunya juga terkoneksi dengan baik lewat layanan feri. Negara tetangga Singapura pun demikian. Layanan transportasi publik sangat memanjakan masyarakatnya. Semua moda transportasi terkoneksi dengan baik dan menjangkau hampir ke seluruh wilayah Singapura dengan moda yang tersedia.
Di Belanda dan Swiss, dua negara tersebut memiliki infrastruktur transportasinya berupa sarana jalan raya yang sangat memadai, jaringan transportasi kereta api, jaringan transportasi air, dan udara. Semua kota-kota utama di negara tersebut terhubung dengan jalur kereta api dan menjangkau hampir seluruh negeri.
Jepang adalah salah satu negara Asia yang sejak awal menyadari bahwa kepadatan penduduk perkotaan akan menjadi masalah besar jika tidak segera dibangun sistem transportasi yang memadai. Maka, Jepang dalam dekade awal pembangunan perkotaan yang dibangun pertama kali adalah sistem transportasinya. Sistem transportasi kereta api di Jepang sangat tepat waktu. Tidak heran jika masyarakat metropolitan dan perkotaan di Jepang lebih tertarik bepergian menggunakan moda transportasi dengan kereta api dibandingkan dengan mengendarai kendaraan sendiri. Semua jaringan transportasi kereta api terintegrasi dengan moda transportasi lain sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat Jepang tidak memanfaatkannya moda transportasi yang telah dibangun Pemerintahnya tersebut.
Transportasi Kereta Api di Indonesia
Di Indonesia, upaya untuk membangun infrastruktur transportasi sudah dilakukan sejak zaman pendudukan penjajah Belanda hingga saat ini. Kota-kota utama di Jawa sudah sejak tahun 1864 – 1875 sudah mulai terhubung dengan jalur tarnsportasi kereta api, demikian juga di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara di Kalimantan, Bali, dan Lombok telah dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan.
Setelah Indonesia merdeka, perjalanan sejarah dan dinamika pembangunan transportasi perkeretaapian terus dikembangkan sebagai upaya untuk memudahkan masyarakat melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lainnya.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin terus berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur transportasi massal sebagai upaya mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur transportasi yang menyebabkan kemacetan di berbagai kota serta belum terkoneksinya satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Kereta Api di Sulawesi
Pembangunan jalur kereta api Maros–Barru menjadi penanda geliat infrastruktur transportasi di Sulawesi dan disambut gembira masyarakat Sulawesi. Sejak groundbreaking pada 12 Agustus 2014 silam, rel sepanjang 71 kilometer yang akan dibuka bertahap sekitar Oktober 2022 itu merupakan proyek infrastruktur perkeretaapian pertama di kawasan Indonesia Timur.
Jalur kereta api Maros- Barru merupakan bagian dari pembangunan 150 kilometer jalur kereta api Makassar–Parepare dan menjadi bagian awal mega proyek jalan baja trans Sulawesi (yang akan menghubungkan antarprovinsi di Sulawesi mulai dari selatan (Makassar) sampai ke Sulawesi Utara (Manado) yang dicanangkan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Saat meresmikan pengoperasian kereta api Makassar – Parepare lintas Maros-Barru yang merupakan kereta api pertama di Sulawesi ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan kehadiran kereta api ini diharapkan akan meningkatkan minat masyarakat di Sulawesi untuk mengutamakan penggunaan angkutan massal.
“Kita harapkan orang tidak berbondong-bondong naik kendaraan pribadi. Dengan kereta yang nyaman, dingin, dan bersih ini, orang akan berpindah naik kereta sehingga jalan tidak macet,” ujar Presiden dalam peresmian yang berlangsung di Depo Maros, Sulsel, akhir Maret lalu.
Menghidupkan Perekonomian Daerah
Upaya Pemerintah terus membangun transportasi massal di berbagai daerah selain bertujuan untuk memperlancar konektivitas baik penumpang maupun barang, antarwilayah provinsi, kota, serta kabupaten juga untuk mempercepat penyediaan infrastruktur transportasi yang memadai dan efisien.
Indonesia, lanjut Presiden, sudah terlambat membangun angkutan massal, akhirnya macet di semua kota. Makanya, angkutan massal harus terus dibangun, termasuk kereta api ini.
Presiden yakin, pembangunan kereta api di Sulawesi akan memacu dan melancarkan pergerakan penumpang dan barang, mendukung potensi pariwisata, menyerap tenaga kerja dan lapangan pekerjaan baru, serta mengembangkan UMKM di daerah Sulawesi sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah.
Di kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan perkembangan proyek pembangunan KA Makassar-Parepare. Dari total jalur sepanjang 157,7 km, sepanjang 142 km-nya merupakan lintas utama dan 15,7 km siding track yang menghubungkan kereta api dengan Pelabuhan Garongkong dan Pabrik Semen Tonasa.
Hingga saat ini, telah terbangun jalur kereta sepanjang 118 km, dimana 90 km-nya yaitu mulai dari Stasiun Maros sampai ke Stasiun Barru sudah siap dioperasikan dengan melintasi 10 stasiun, dengan 2 (dua) set rangkaian yang mampu menampung 248 orang/rangkaian. Kereta ini mampu melaju hingga 90 km per jam, sehingga memangkas waktu tempuh dari Makassar menuju Parepare yang semula 3 jam menjadi 1,5 jam saja. Rencananya, kereta ini akan dioperasikan 8 perjalanan per hari.
Antusiasme Masyarakat Sulawesi
Sejak beroperasi mulai November 2022 lalu, kehadiran kereta pertama di Sulawesi ini mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Hingga Maret 2023, sudah mengangkut penumpang berjumlah 25.699 orang dengan rata-rata okupansi 78,02% dari kapasitas total 90 penumpang menggunakan kereta wisata.
Ungkapan gembira disampaikan Muhammad Abidin (35), salah seorang warga Kota Pare-Pare, Sulawesi ini mengungkapkan kehadiran sarana transportasi kereta api sangat dinantikan oleh masyarakat Sulawesi. “Kami sudah lama menantikannya dan ini menjadi mimpi kami semua masyarakat di sini,” ujarnya.
Abidin mengaku, upaya Pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan dan membangun infrastruktur transportasi tidak hanya terpusat di Pulau Jawa diyakini kebenarannya. “Kami yakin Pemerintah serius melakukan pemerataan hasil-hasil pembangunan,” jelasnya.
Pemerintah berharap pembangunan jalur KA Trans-Sulawesi ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat sekitar dan para pelaku usaha agar alur perjalanan penumpang maupun barang menjadi lebih terukur dan terjamin sampai di tempat tujuan. Selain itu, biaya transportasi dan logistik akan lebih murah dan efisien, sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat lebih kompetitif. (IS/AS/RY/HG)