(Jakarta, 19/11/2013) Kementerian Perhubungan akan menghidupkan kembali aliran sungai sebagai jalur transportasi. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi beban jalan raya sekaligus mengurangi polusi karbondioksida (Co2) sekaligus penghematan bahan bakar minyak jika sebagian angkutan darat dialihkan ke angkutan sungai.

Hal itu terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan cetak biru pengembangan transportasi sungai dan danau yanh diselenggarakan oleh Direktorat Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan, Ditjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan di Jakarta, Selasa (19/11).

Tampil sebagai pembicara dalam FGD yaitu Prof.Dr.Ir Ericka Buchari M.Sc dari Universitas Sriwijaya yang membawakan makalah Pengantar Transportasi Sungai dan Danau, Prof.Dr.Ir  M Yamin Jinca yang memaparkan Penyelenggaraan Angkutan di Perairan, serta Ir Tri Ahmadi PhD dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dengan makalahnya Isu dan Peluang Transportasi Sungai dan Danau. Juga dipaparkan Cetak Biru pengembangan sungai dan danau di Indonesia yang disampaikan pihak konsultan.

Erica mengatakan, aliran sungai dapat bermanfaat sebagai salah satu jalur transportasi jika disiapkan infrastukturnya, seperti pelabuhan angkutan sungai, dermaga, maupun halte-halte tempat menurunkan orang atau barang. Sarana lain yang harus dilengkapi adalah sarana navigasi seperti suar dan rambu, dan tentunya kapal atau perahu yang memadai baik untuk angkutan orang maupun barang.

Yang juga harus disiapkan adalah jaringan layanan transportasi, alur, koridor, trayek serta jaringan transportasi perkotaan bilamana sungai tersebut masuk ke wilayah perkotaan serta keterhubungan antara moda air dengan moda lain seperti terminal, stasiun dan bandara. ‘’Jika aliran sungai dapat difungsikan sebagai salah satu jalur trasnportasi, maka akan mengurangi sebagain beban jalan raya, khususnya komoditi-komoditi yang tidak butuh kecepatan waktu, seperti kayu atau batubara,’’ jelas Ericka.

Sebelum memulai, disarakan, semua pihak untuk memberikan masukan data-data baik data masa lalu maupun data masa kini dan perkiraan dimasa mendatang atau dengan kata lain menyiapkan Key Performance Indocator (KPI). Data-data tersebut dapat digunakan untuk rencana evaluasi dan penyediaan transport yang akan datang. ‘’Yang penting itu menyiapkan datanya bukan menyiapkan dananya,’’ tukas Ericka.

Sementara itu Yamin Jinca menggambarkan betapa di kawasan timur indonesia, sungai dan danau masih menjadi jalur transportasi utama, selain pesawat terbang untuk lintasan yang jauh. Untuk membeli pulsa, batu baterai maupun kebutuhan pokok, masyarakat disana harus menyelusuri sungai lebih dari 10 km, karena tidak tersedianya jalur darat.

Transportasi sungai itu sebenarnya angkutan yang paling murah. Kita tidak perlu membangun jalur transportasi karena sudah diciptakan oleh yang maha kuasa. Energi yang dikeluarkan juga sedikit sehingga biaya untuk pembelian bahan bakar juga sedikit. ‘’Tapi karena sarananya tidak ada, membuat jalur sungai tidak dimanfaatkan,’’ kata Yamin.

Tri Achmadi memaparkan, banyak sekali potensi aliran sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur transportasi. Berdasarkan data yang dimilikinya, potensi sungai dan danau untuk pelayaran ada sekitar 214 sungai dengan total panjang 34.342 kilometer dan 23 danau dengan luas 3.737 kilometer persegi.

Contohnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat dengan panjang 1.143 km, Sungai Mahakam di Kalimantan Timur dengan panjang 920 km dan Sungai Barito di Kalimantan Selatan dengan panjang 900 km, Sungai Memberamo di Papua dengan panjang 800 km, Sungai Musi di Sumatera Selatan dengan panjang 750 km dan Sungai Siak di Riau dengan panjang 300 km

Apalagi sekarang ini sudah mulai ada kecenderungan memanfaatkan aliran danau dan sungai, seperti Sungai Barito dan Sungai Mahakam untuk angkutan batubara maupun hasil pertanian seperti CPO dan hasil perkebunan seperti karet. Hingga tahun 2010 lalu batu bara yang diangkut melalui aliran sungai sekitar 6 juta ton.

Jika pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serius untuk memanfaatkan aliran sungai sebagai jalur transportasi, Tri mengingatkan harus dilakukan tata kelola yang baik. Daerah juga harus menghitung kondisi sungainya dengan baik sebelum dimanfaatkan untuk transportasi. ‘’Jangan sampai kapal yang menggunakana aliran sungai ini jumlahnya banyak tapi tidak dikelola baik pendangkalan maupun kondisi alurnya,’’ ujar Tri.

Sementara itu Direktur  ASDP Sudirman Lambali mengatakan, penyelenggarakan FGD Penyusunan cetak biru pengembangan transportasi sungai dan danau ini untuk menguji konsep, apakah betul Dinas Perhubungan Propinsi mempunyai pandangan yang sama bahwa danau dan sungai berpotensi sebagai jalur alternatif bila di benahi dan ke khawatiran yang sama bila di diamkan sungai akan mengalami pendangkalan dan akibatnya menimbulkan masalah seperti banjir. ‘’Ternyata kita punya pandangan dan kekhawatiran yang sama,’’ ujar Sudirman.

Kita sepakat untuk memfungsikan kembali aliran sungai sebagai sarana transportasi alternatif, apalagi jaman dahulu pun nenek moyang kita menggunakan aliran sungai sebelum adanya trasnportasi darat. (JO)