(Bogor, 11/02/2012) Maraknya kecelakaan pada perusahaan otobus dalam dua pekan ini membuat Menteri Perhubungan EE Mangindaan prihatin. Untuk itu Kementerian Perhubungan akan memperketat tata cara pengujian, dan bila dimungkinkan merevisi uji kelayakan kendaraan (KIR) menjadi lebih cepat dari yang diberlakukan sekarang ini, yaitu enam bulan sekali.
‘’Kecelakaan demi kecelakaan transportasi umum seperti bus sungguh memprihatinkan. Untuk itu Kemenhub akan lebih memperketat dalam melakukan uji kelayakan kendaraan. Bisa saja jadwal pemeriksaannya di perketat menjadi 2 bulan sekali, tapi itu tergantung kesepakatan semua pihak,’’ kata Menhub saat mendatangi lokasi kecelakaan mau yang mengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan 47 orang mengalami luka berat dan ringan di Jl Raya Puncak No 5 Cisarua, Bogor, Sabtu siang.
Menteri Perhubungan yang di dampingi Dirjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Suroyo Alimoeso Sabtu (11/2) siang mendatangi lokasi kejadian untuk melihat lokasi kejadian dan penyebab kecelakaan.
Sebagaimana diketahui, bus Karunia Bakti dengan no pol Z 7519 DA lepas kendali dan menabrak 1 bus besar, 6 mobil kecil dan 4 motor yang sedang terparkir di pinggir jalan. Setelah menyeruduk kendaraan-kendaraan kecil tersebut, bus kemudian oleng ke kanan dan menabrak bus Doa Ibu yang datang dari arah berlawanan, selajutnya menabrak warung baso dan villa. Dalam peristiwa tersebut sebanyak 14 orang tewas dan 47 orang mengalami luka berat dan ringan.
Pada 2 Februari 2012 lalu, kecelakaan bus juga terjadi di Sumedang. PO Maju Jaya bertabrakan dengan mobil Colt Diesel bernomor polisi E 8705 YA sebelum masuk ke jurang di Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang mengakibatkan 12 orang tewas dan 18 luka-luka. Ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas terburuk yang terjadi di Kabupaten Sumedang.
Kamis lalu (9/2) kecelakaan yang diakibatkan oleh bus kembali terjadi.Bus Sumber Kencono dengan nomor polisi W 7666 UY menabrak mobil sedan Honda Accord Nomor polisi AG 1363 V, di Dusun Glodok, Karangrejo, Magetan, Jawa Timur. Dalam peristiwa ini mengakibatkan 2 orang tewas dan belasan luka berat dan ringan.
Menhub yang mengenakan batik krem tiba dilokasi kejadian sekitar pukul 14.15 WIB dengan mobil dinasnya. Menhub sempat melihat lokasi kejadian tersebut setelah sebelumnya berbicara dengan Suroyo dan sejumlah polisi yang ada dilokasi kejadian. Setelahnya Mangindaan sempat mendatangi RS tempat sejumlah korban masih di rawat.
Dari lokasi kejadian , Menhub Mangindaan mendapat informasi bahwa dugaan sementara peristiwa tersebut terjadi akibat bus Karunia Bakti mengalami rem blong. Dugaan tersebut masih akan didalami dan juga ditanyakan kepafa manajemen PO Karunia Bakti selaku pemilik maupun Dishub sebagai penguji alat kendaraan.
‘’Saya akan koordinasi dengan LLAJ, kepolisian dan Pekerjaan Umum. ‘’Rem blong bisa jadi karena kesalahan uji kelayakan, jadi perusahaan akan kita tanya,’’ kata Mangindaan. Banyaknya volume kendaraan di lintasan tersebut juga bisa menjadi penyebab kecelakaan.
Sementara itu Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan, tim KNKT selama 12 jam, mulai Jumat jam 23.00 wib hingga Sabtu pukul 11.00 wib melakukan investigasi di lokasi kejadian, termasuk melakukan investigasi pada bus yang masih tergantung maupun pada saat bus sudah ditarik ke atas.
KNKT terjun ke lokasi kejadian untuk melakukan investigasi karena korban yang meninggal lebih dari 8 orang. Dalam kecelakaan maut di Cisarua, teridentifikasi korban meninggal dunia sebanyak 14 orang. Ini berbeda dengan kecelakaan PO Sumber Kencono di Magetan, Kamis (9/2) lalu dimana dalam tabrakan tersebut korban tewas hanya 2 orang. ‘’Itulah sebabnya mengapa dalam kecelakaan PO Sumber Kencono dengan sedan, KNKT tidak turun menangani kasus tersebut,’’ kata KNKT.
Dijelaskan oleh Tatang, timnya telah melakukan investigasi, di beberapa tempat, beberapa puluh meter sebelum lokasi kejadian. Misalnya, apakah sejak dari atas dilakukan pengereman, apakah infrastuktur jalan layak dan memadai, apakah ada pohon, bangunan atau benda lainnya yang dapat menghalangi pandangan pengemudi, sampai peristiwa itu terjadi di lokasi kejadian.
Banyaknya masyarakat yang menonoton lokasi kecelakaan maupun hujan yang turun pada malam dan pagi hari, menjadi persoalan tersendiri bagi KNKT dalam melakukan oleh tempat kejadian perkara (TKP). ‘’Tapi kami sudah mendapatkan data-data inti yang dapat diolah untuk investigasi,’’ kata Tatang.
Ditanya dugaan sementara penyebab kecelakaan, Tatang mengingatkan bahwa investigasi yang dilakukan oleh KNKT bukan untuk mengetahui siapa yang bersalah dalam peristiwa tersebut, namun untuk mengetahui bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi sehingga dapat dijadikan perbaikan-perbaikan ke depan nanti. (PR)