(Jakarta, 2/3/2014) Bandar udara yang ada di Indonesia perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya terutama dalam menghadapi kebijakan Asean Open Sky yang akan diterapkan pada tahun 2015. Hal tersebut disampaikan Direktur Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, Bambang Tjahjono pada acara “Jakarta Soekarno-Hatta International Airport Capacity Optimization Workshop” yang diselenggarakan Ditjen Perhubungan Udara bekerjasama dengan Konsultan Penerbangan, Egis Avia di Hotel Gran Melia Jakarta,  Rabu (2/4).

Menurut Bambang, kebijakan Open sky telah didepan mata dan memaksa semua negara-negara terkait untuk bersiap diri menyiapkan segala, infrastruktur, fasilitas, SDM khususnya di bidang penerbangan.

“Kompetisi penerbangan yang sesungguhnya hanya tinggal setahun lagi kita hadapi,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bambang Tjahjono menyampaikan bahwa pertumbuhan penumpang angkutan udara di Indonesia secara rata-rata dari tahun 2009 s.d. 2012 sebesar 18,31%.

“Pada tahun 2013 lalu, penerbangan Indonesia telah mengangkut lebih dari 85 juta penumpang ke berbagai daerah,” jelasnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan penumpang yang sangat tinggi tersebut perlu diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan dan kapasitas bandaranya.

“Kualitas pelayanan bandara harus comply dengan Standar Internasional Keselamatan Penerbangan,” tambahnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, seiring dengan pertumbuhan penumpang yang sangat signifikan di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang menimbulkan masalah kepadatan atau kongesti Bandara.

“Untuk menjawab permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan melakukan peningkatan pelayanan bandara,” ungkapnya.

Workshop Jakarta Soekarno-Hatta International Airport Capacity Optimization Workshop dibuka oleh Direktur Bandar Udara, Bambang Tjahjono mewakili Wakil Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Bapak Bambang Susantono. Workshop dihadiri oleh peserta yang berasal dari para pemangku kepentingan di bidang transportasi udara, termasuk para operator bandar udara,  yaitu PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), pengelola navigasi penerbangan Indonesia Perum Airnav Indonesia, perwakilan Air Traffic Controllers (ATC) di Indonesia serta para stakeholders penerbangan lainnya.

Workshop ini membahas tentang evaluasi kapasitas bandar udara, penyebab dan dampak ekonomi yang ditimbulkan atas penundaan penerbangan pada bandar udara - bandar udara yang kompleks atau over capacity.

Kegiatan yang dilakukan diantaranya airport visit yaitu kunjungan ke area approach control center, Soekarno Hatta airport control tower dan Angkasa Pura II operation center dan diskusi terbuka dengan narasumber diantaranya Director of Helios, Steve Leighton dan Sustainable Development Manager for Air Transport Sector in Egis sekaligus Expert in Airport and ATM System, Jean-Luc Martin.

Diskusi yang dibahas antara lain : pengenalan terhadap Airport Collaborative Decision Making (Airport CDM) dan pembahasan mendalam tentang penerapan CDM di bandar udara yang ada di dunia. Materi workshop lainnya juga meliputi evaluasi penundaan penerbangan yang terjadi dan upaya teknis operasional guna mengoptimalisasikan proses kedatangan serta keberangkatan pesawat udara termasuk di dalamnya Arrival Management (AMAN) dan Departure Management (DMAN). Workshop kemudian ditutup dengan pembahasan tentang dampak positif dari Air Traffic Flow Management (ATFM) secara nasional dan regional. (VIN)