JAKARTA - Buku berjudul "Jalur Ganda Lintas Utara Jawa, Percepatan dan Manfaatnya"yang ditulis oleh Dirjen Perkeretaapian kementerian Perhubungan Ir. H. Hermanto Dwiatmoko dinilai memiliki bobot lebih dibandingkan dengan buku-buku lainnya, karena buku ini ditulis oleh pelakunya sendiri sehingga tulisannya begitu detail. Dalam isi buku itu, oleh penulis disampaikan berbagai persoalan yang dihadapi dan cara menyelesaikan persoalan tersebut.

Pujian tersebut datang dari Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang keterbukaan Informasi, Hadi Mustafa Djuraid pada saat peluncuran dan bedah buku Percepatan dan Pemanfaatan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa yang ditulis oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Ir. H. Hermanto Dwiatmoko di kantor Kementerian Perhubungan, Selasa (14/4).

Hadi mencontohkan, proyek besar Bandara Internasional Soekarno Hatta, merupakan proyek luar biasa pada saat itu. Bukan hanya cakupan arealnya yang sangat luas, dana yang dialokasikan untuk proyek itu juga sangat luar biasa besarnya. Begitu selesai dibangun, langsung dioperasikan dan dimanfaatkan kegunaannya.

Apakah kita tahu, darimana ide pembangunan bandara Soekarno Hatta? Bagaimana proses pembangunannya, siapa saja yang terlibat dalam pembangunannya, bagaimana proses pembangunannya, bagaimana tingkat kesulitannya, dan bagaimana cara penyelesaiannya? ‘’Itutidak terdokumentasikan,’’ kata Hadi.

Penggunaan Teknologi Cerucuk Matras Bambu

Sementara itu, dalam buku Percepatan dan Pemanfaatan Jalur Ganda Lintas Utara Jawa yang ditulis oleh Hermanto Dwiatmoko disampaikan secara detail, bagaimana perencanaannya dan ketika ada kendala, bagaimana mengatasi solusinya.

Seperti ditulis pada halaman 127 dengan judul kecil “Teknologi Cerucuk Matras Bambu di Tawang”. Tulisan ini menjelaskan betapa satuan kerja lintas Semarang-Bojonegoro mengalami kebingungan saat mengatasi rob air laut. Untuk diketahui, sejak tahun 1970, kawasan Tawang terendam rob. Setiap tahun, permukaan tanah di sana turun sebanyak 10-11 centimeter. Kini daerah tersebut mirip dengan lumpur Lapindo yang dalam. Dimana-mana air berwarna hitam pekat, bahkan proses alam ini secara perlahan telah menenggelamkan rumah-rumah dan bangunan tingkat disana.

Satker lintas Semarang-Bojonegoro harus membangun jalur ganda kereta di sisi jalur kereta api existing warisan Belanda yang berdiri di tanah solit persis selebar dirinya. Sangat sulit tentunya. Ada masukan, yang tepat adalah membangun konstruksi jalan kereta api layang (elevated track).

Namun biayanya sangat mahal dan membutuhkan waktu lama. Di antaranya harus membuat jembatan beton sejauh 20 meter, membuat tiang panjang dari rangka baja dengan dengar bor pipe mencapai tanah keras sekitar 30 meter. Untuk membangun itu saja butuh waktu 1 tahun 8 bulan.

Akhirnya ditemukan solusi, yaitu dengan teknologi Cerucuk Matras Bambu karya Guru besar ITB Prof. Ir. Masyhur Irsyam, MSE, PhD. Teknologi ini dikenal sebelumnya dari masa nenek moyang dulu. Namun belum pernah sama sekali diterapkan dalam pembangunan jalur kereta api.

Bambu dirangkai dalam kombinasi ikatan 3,5, atau 7, lalu dipancang dengan jarak 1 meter. Pada bagian atasnya di pasang matras bambu, diikat, lalu diurug dengan ballast dan sirtu secara merata. Setelah dipadatkan, prosesnya diulang hingga berlapis-lapis mencapai level sejajar dengan single track existing.

Didalam air, kombinasi cerucuk dan matras bambu ini bersinergi dan menghasilkan kepadatan yang sangat solid. Cerucuk bambu berfungsi sebagai media untuk memindahkan beban timbunan ke lapisan yang lebih dalam, sedangkan matras bambu meningkatkan stabilitas tanah, karena kelongsoran tidak dapat memotong matras bambu tersebut.

Adapun ballastdan sirtu yang mengisi sela-sela antara matras itu bertindak sebagai perekat yang sangat kuat dan perbaikan tanah yang hebat. Hasilnya sangat luar biasa. Setelah selesai konstruksi, dilakukan pengujian dengan pembebanan lebih dari 100 ton, ditemukan tanah hanya turun 1 centimeter.

Buku yang ditulis Hermanto juga dipaparkan mulai dari ide, perencanaan, pelaksanaan, dan berbagai persoalan dengan penyelesaiannya pada pembangunan proyek rel ganda lintas utara Jawa, yang dipaparkan secara detail. Buku ini sangat bermanfaat bagi siapapun yang berminat pada teknologi konstruksi. (JO)