MONTREAL – Delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh utusan Menteri Perhubungan untuk ICAO, Indroyono Soesilo, menghadiri forum penerbangan Internasional dalam acara ICAO World Aviation Forum (IWAF) di Montreal, Kanada yang berlangsung pada 23-25 November 2015 untuk membahas perkembangan dunia penerbangan internasional serta berbagi pengalaman dengan negara-negara anggota ICAO.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menyatakan turut mendukung kampanye Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO) yang bertema “No Country Left Behind” dengan turut serta membantu negara anggota ICAO yang masih tertinggal di bidang penerbangan melalui sharing pengalaman mengenai keberhasilan Indonesia dalam menerapkan standar penerbangan global serta bagaimana menjadikan sektor penerbangan sebagai penunjang pembangunan nasional.

Hal tersebut disampaikan oleh Utusan Menteri Perhubungan untuk ICAO, Indroyono Sosesilo saat menyampaikan presentasinya dalam acara ICAO World Aviation Forum (IWAF) di Montreal Kanada, Senin (23/11).

Pada kesempatan tersebut Indroyono mengungkapkan, negara Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada moda transportasi udara yang tidak hanya berfungsi sebagai jembatan antar pulau dan sebagai moda yang diandalkan untuk menghubungkan manusia dan barang yang tidak bisa dijangkau dengan moda transportasi lainnya.

“Sektor penerbangan komersial di Indonesia telah berkembang pesat dalam dekade terakhir untuk melayani kebutuhan transportasi masyarakat antara lain di sektor perdagangan dan pariwisata, dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan perekonomian nasional,” jelas Indroyono di depan perwakilan negara-negara anggota ICAO.

Lebih lanjut Indroyono mengatakan, dari data International Air Transport Association (IATA), Indonesia dianggap sebagai salah satu dari lima pasar penumpang yang tumbuh paling cepat selama 20 tahun ke depan. Menurut IATA pula, diperkirakan Indonesia akan memasuki sepuluh pasar penerbangan pada tahun 2020 dan mencapai peringkat ke-6 pada tahun 2029. Sedangkan pada tahun 2034, diperkirakan Indonesia akan menjadi pasar dari 270 juta penumpang.

“Menurut IATA, sektor penerbangan turut membantu mempertahankan 58 juta pekerjaan dan menggerakkan 2,4 triliun US Dollar kegiatan ekonomi di seluruh dunia. Dalam 20 tahun mendatang, kita bisa mengharapkan sektor penerbangan untuk mendukung sekitar 105 juta pekerjaan dan menghasilkan 6 triliun US Dollar pada PDB” terangnya.

Peran Pemerintah

Indroyono mengatakan, setidaknya dibutuhkan tiga peran pemerintah dalam rangka mendukung pertumbuhan yang sangat signifikan di sektor penerbangan. Pertama, menyediakan infrastruktur yang memadai. Kedua, meningkatkan keamananan dan keselamatan penerbangan sesuai standar ICAO, dan ketiga, mendukungnya dengan regulasi yang memadai.

Ia menjelaskan, terkait penyediaan infrastruktur, Pemerintah Indonesia pada tahun 2014 telah berkomitmen untuk membangun 62 bandara baru selama lima tahun kedepan, terutama di wilayah timur Indonesia dengan target total bandara komersial yang dimiliki sebanyak 299 bandara.

Sementara, mengenai pengawasan keselamatan dan keamanan yang merupakan tanggung jawab inti pemerintah, Indroyono mengatakan, Indonesia berkomitmen untuk mematuhi standar global ICAO untuk mendukung sistem transportasi udara yang aman, selamat dan berkelanjutan dengan memerhatikan dan melindungi faktor lingkungan.

“Terkait dukungan regulasi, kebutuhan regulasi yang memadai dari penerbangan sipil harus diakui sebagai tantangan utama pemerintah, yang membutuhkan perbaikan secara terus menerus serta harus mengikuti perkembangan modernisasi teknologi. Kehadiran saya disini juga sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan kualitas penerbangan nasional.” ungkap Indroyono.

Hal lain yang disampaikan Indroyono dalam pertemuan tersebut diantaranya, mengusulkan cara untuk membantu negara-negara anggota ICAO yang masih kekurangan dalam hal pengembangan infrastruktur sektor penerbangan dengan cara membantunya melalui pinjaman dan hibah infrastruktur dari Bank Dunia, bank-bank pembangunan daerah dan program-program seperti Rencana AFI untuk wilayah Afrika.

Selain itu, Indonesia juga mengusulkan untuk mempertimbangkan pendirian Infrastructure Fund Global sektor Penerbangan Sipil yang akan diberikan oleh ICAO, untuk membiayai proyek-proyek bantuan infrastruktur dari negara berkembang yang kekurangan sumber daya.

Selain itu, Indonesia juga menyampaikan keseriusannya terhadap faktor lingkungan dengan menyampaikan komitmen mengurangi perubahan iklim dengan cara mengurangi emisi CO2 di sektor penerbangan sebesar 26% sebelum akhir 2020. Sejalan dengan dengan Rencana Aksi Nasional untuk mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK), Indonesia juga mengambil sejumlah langkah lain, seperti lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan Air Traffic Management (ATM).

Indonesia berusaha berperan aktif dalam dunia penerbangan internasional, salah satunya adalah dengan berusaha menggalang dukungan, mendapatkan kepercayaan negara-negara lain untuk ikut menentukan kebijakan dunia penerbangan internasional, yaitu dengan duduk sebagai anggota dewan ICAO 2016-2019. Pertemuan ini merupakan salah satu upaya Indonesia untuk menggalang dukungan tersebut.