JAKARTA – Nenek moyangku orang pelaut. Gemar mengarung luas samudra, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa, angin bertiup layar terkembang, ombak berdebur di tepi pantai. Pemuda b’rani bangkit sekarang, ke laut kita beramai-ramai.
Teks di atas adalah penggalan dari syair sebuah lagu “Nenek Moyangku Orang Pelaut”. Lagu yang heroik, yang mengingatkan kembali kepada para pemuda bahwa Indonesia tidak terpisahkan dengan laut dan menjadi bagian integral bahwa kehidupannya sangat dekat dengan laut.
Tidak dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dan laut telah menjadi rumah kedua bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun kesadaran sebagai masyarakat bahari dalam beberapa dekade telah meluntur, hingga munculnya kesadaran bahwa Indonesia adalah negara maritim dan laut menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia kini dan masa yang akan datang.
Hari Pelaut Sedunia
Tanggal 25 Juni 2021 mendatang, komunitas pelaut internasional akan memperingati setiap tanggal 25 Juni sebagai Hari Pelaut Sedunia. Peringatan Hari Pelaut Sedunia nanti akan mencanangkan thema “Seafarers: At the core of shipping’s future”.
Hari Pelaut Sedunia pertama kali diperkenalkan pada Amandemen Manila bulan Juni tahun 2010 yang mengadopsi revisi besar terhadap Konvensi STCW dan Kode terkait, di mana Konferensi Diplomatik sepakat bahwa kontribusi yang dibuat oleh para pelaut untuk perdagangan internasional harus diakui dan diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pelaut Sedunia.
Konvensi STCW adalah konvensi internasional tentang standar latihan, sertifikasi, dan dinas jaga untuk pelaut yang menetapkan kualifikasi standar untuk kapten, perwira, dan petugas penjaga diatas kapal niaga yang berlayar. STCW dilahirkan pada 1978 dari konferensi Organisasi Maritim Internasional (IMO) di London dan mulai diterapkan pada tahun 1984. Konvensi ini mengalami perubahan yang besar pada tahun 1995.
Tanggal 25 Juni yang dipilih sebagai Hari Pelaut Sedunia merupakan hari di mana Amandemen tersebut secara resmi diadopsi. Hari Pelaut Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 2011 saat IMO mengampanyekan dan menggalang dukungan dari seluruh masyarakat dunia untuk mengucapkan terima kasih kepada para Pelaut.
Kontribusi Pelaut bagi Berkembangnya Perekonomian
Pelaut memiliki kontribusi penting dalam perdagangan dan perekonomian dunia. Oleh karena itu melalui Hari Pelaut Sedunia, masyarakat dunia memberikan pengakuan atas jasa mereka hingga
setiap tahun diselenggarakan peringatan sebagai bentuk pengakuan dan apresiasi atas kontribusinya. Para pelaut dari seluruh dunia berperan sangat penting pada perdagangan global dan perekonomian dunia.
Sebagai langkah persiapan, para pemangku kepentingan menggelar pertemuan virtual Intersessi onal Discussion on Covid 19 : Responsesof ASEAN member States to Seafarer Acces to Crew Change, Repatriation, and National Vaccination Programmes selama 2 (dua) hari tanggal 27 hingga tanggal 28 Mei 2021 lalu.
Dukungan Indonesia
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, mengapresiasi dan turut terlibat dalam pertemuan (virtual) tersebut, yang diikuti oleh 9 negara ASEAN, 3 dialogue partners (FASA, Korea Selatan, dan China), ASEAN dan IMO sebagai badan agensi khusus PBB serta Federasi Asosiasi Pemilik Kapal ASEAN dengan Thailand bertindak sebagai tuan rumah.
Dari pertemuan tersebut dihasilkan beberapa kesimpulan yang telah disepakati, bahwa pelaut merupakan pekerja kunci yang memiliki peranan terutama dalam perdagangan internasional serta komitmen untuk memfasilitasi pergantian awak kapal, repatriasi dan vaksinasi pelaut.
Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Capt. Hermanta menyampaikan bahwa Indonesia siap mendukung program-program ASEAN dan PBB terkait isu pelaut.
“Indonesia sepakat bahwa pelaut adalah pekerja kunci. Indonesia mengakui pentingnya peran pelaut sebagai tulang punggung perekonomian – sesuai maklumat IMO pada pertemuan The International Maritime Virtual Summit on Crew Changes tanggal 9 Juli 2020,” ujar Hermanta.
Wakil Ketua Delegasi Indonesia, Kasubdit Angkutan Laut Luar Negeri, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Yudhonur Setyaji menambahkan kontribusi transportasi dengan pelaut sebagai awaknya sangat berperan penting dalam dunia perdagangan internasional, yang saat ini 80 persen barang berdasarkan volume dan 70 persen berdasarkan nilai itu diangkut oleh kapal.
“Adanya pembatasan yang diberlakukan selama pandemi virus Corona di beberapa yurisdiksi memengaruhi rantai pasokan. Karena itu, perlu pembahasan bersama mengenai kepelautan terkait akses pelaut ke program perubahan kru, repatriasi, dan vaksinasi pelaut sangat penting,” jelas Yudho.
Yudho mengungkapkan, dari pertemuan tersebut dunia internasional mengakui pentingnya Asia, khususnya Asia Timur dan Tenggara, sebagai sumber perdagangan utama, penyedia utama layanan pelabuhan dan pengiriman, serta sumber pemasok utama awak kapal untuk armada pedagang global dan menjadi area utama bagi awak kapal untuk melakukan perubahan dan pemulangan pelaut. “Namun dampak pandemi Covid-19 yang belum selesai banyak pembatasan terhadap transportasi laut, seperti proses penggantian crew dan repatriasi ini sedikit terganggu,” ujarnya. Seraya menambahkan, hal tersebut dipastikan merugikan kesehatan mental dan fisik pelaut yang menyebabkan dampak buruk pada keselamatan pelayaran dan mempengaruhi pemulihan perdagangan barang dan menyebabkan penurunan perdagangan jasa karena terganggunya sektor perjalanan.
Karena itu, lanjut Yudho, setiap negara berkomitmen untuk mementingkan kesehatan para pelaut. Sebab mereka adalah pekerja kunci yang dapat menjaga pasar tetap terbuka untuk perdagangan dan investasi guna memperkuat ketahanan dan keberlanjutan rantai pasokan regional dan mempertahankan arus barang dan jasa yang diperlukan.
ASEAN Memahami Fungsi Penting Pelaut
Negara ASEAN juga sepakat mengakui peran pelaut dalam rantai pasokan global, regional, dan intra-regional dan pekerjaan tak kenal lelah mereka untuk menjaga agar rantai pasokan ini tetap terbuka meskipun ada tantangan yang dihadapi dengan penutupan pelabuhan dan bandara, kurangnya akses ke fasilitas berbasis pantai, pantai cuti atau perawatan medis, dan masalah yang mereka hadapi karena ketidakmampuan mereka untuk dipulangkan atau bergabung dengan kapal mereka.
Indonesia telah memfasilitasi pergantian awak kapal dan repatriasi pemulangan pelaut sejak 24 April 2020. Hingga saat ini, Indonesia telah memfasilitasi crew change sebanyak 6.563 pelaut dan memfasilitasi pemulangan Pekerja Migran Indonesia sebanyak 57.142 orang.
Adapun bentuk komitmen dan dukungan yang akan dilakukan negara-negara ASEAN diantaranya adalah memasukkan perkapalan dan transportasi laut dalam rencana dan program mereka untuk implementasi ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) dan menentukan bidang prioritas nasional untuk pembiayaan dan dukungan untuk sektor maritim.
“Dan tetap terbuka dan mendukung kesehatan dan kesejahteraan para pelaut dan kelautan lainnya, ” tukas Yudho.
Selanjutnya, merekomendasikan negara anggota ASEAN untuk mendukung dan memfasilitasi penggantian awak dan pemulangan pelaut, dan pentingnya memasukkan pelaut dalam program vaksinasi nasional. “Termasuk dengan memungkinkan pemberangkatan dan pendaratan dan mempercepat upaya perjalanan dan repatriasi serta memastikan akses ke perawatan medis,” ujarnya.
Yudho mengungkapkan Indonesia sudah melaksanakan vaksinasi pelaut yang dimulai lebih awal di Bali dimana Gubernur Bali menghimbau para pelaut Bali untuk mendaftar ke Pemerintah atau melalui serikat pelaut Indonesia secara gratis untuk dimasukkan ke dalam daftar vaksin prioritas tahap III dari total target sebanyak 15.000 pelaut pada akhir 2021.
Vaksin Covid untuk Pelaut
Adapun hingga tanggal 6 Mei 2021, sebanyak 8.123 vaksinasi telah diberikakan di mana total 1.487 orang sudah mendapatkan suntikan dosis kedua sehingga pelaut yang mengikuti program pertama sudah divaksinasi lengkap.
Program ini pun terus berjalan menyesuaikan kebutuhan para pelaut dan pelaksanaannya harus tuntas – menjangkau seluruh pelaut aktif. Jangan sampai profesi ini menjadi riskan terpapar Virus SarsCov-2 atau justru menjadi kluster baru, seperti halnya yang terjadi akhir Mei lalu, 13 dari 20 ABK Philipina kapal barang MV Hilma Bulker yang berlabuh di Cilacap membawa gula revinasi dari India, dari pemeriksaan diketahui positif Covid B1617.2 Saat mereka menjalani isolasi, menulari 47 tenaga kesehatan yang merawatnya di RSUD Cilacap.
Di level internasional, dalam pertemuan ke-103 the Maritime Safety Committee, Indonesia mendukung draft resolusi terhadap Rekomendasi untuk Memprioritaskan Program Vaksinasi bagi Pelaut.
Untuk mempublikasikan pelaksanaan vaksinasi bagi pelaut di media sosial, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah merumuskan Tagline INDONESIAN HEROES yang merupakan singkatan dari Indonesian Healthy and Ready Onboard Seafares.
Menurut Hermanta, pelaksanaan Vaksinasi Covid harus bisa segera tuntas dan mencakup seluruh pelaut aktif dan dapat tersosialisasi lebih luas kepada seluruh masyarakat maritim. (IS/AS/HG/HT/JD)