(Jakarta, 12/04/10) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah melakukan finalisasi dan menetapkan sedikitnya 38 rute yang telah dievaluasi dan dinilai aman untuk diterbangi. Surat Keputusan (SK) tentang pembakuan rute penerbangan komersial di Papua segera diterbitkan. SK ini nantinya akan menjadi acuan dan standar operasi bagi seluruh seluruh maskapai baik yang telah maupun berencana untuk beroperasi di Papua.

”SK-nya sudah jadi, tinggal saya tandatangani saja kemudian disosialisasikan. SK ini tidak hanya memuat rute yang aman, tetapi juga prosedur-prosedur standar operasi yang harus dilakukan oleh pilot yang akan menerbanginya. Petunjuk resmi penerbangan di Papua ini akan terus diperbaharui setiap tahun,” jelas Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S Gumay di Jakarta, Jumat (9/4).

Herry mengatakan, setelah SK tersebut keluar pihaknya akan menyosialisasikan Visual Flight Route (VFR) kepada maskapai dalam waktu dekat, agar tidak terulangnya peristiwa kecelakaan seperti yang sudah-sudah.

Menurutnya, saat ini yang paling mendesak memang rute-rute komersil yang ada di Papua, karena selama ini banyak terjadi kecelakaan di wilayah tersebut. ”Bukan berarti rute-rute komersil di wilayah lain juga tidak penting. Tapi untuk saat ini yang paling krusial adalah rute tersebut, karena terbilang sangat rawan,” kata Herry.

Sebanyak 38 rute yang dinilai aman untuk diterbangi tersebut merupakan rekomendasi dari tim yang melakukan proses evaluasi keselamatan penerbangan di Papua. Evaluasi yang mengarah kepada pembakuan rute tersebut dilakukan mengingat banyaknya peristiwa kecelakaan penerbangan.

"Tim telah membuat guidance bagaimana pilot harus melewati pegunungan, termasuk menunjukkan titik-titik koordinat dan koridor pegunungan yang harus dilalui pilot. Pesawat juga bisa terbang dengan petunjuk visual kalau terjebak cuaca buruk," kata ketua tim Evaluasi Keselamatan Penerbangan di Papua Capt Adhie Gunawan, yang dikonfirmasi terpisah.

Selama ini, maskapai komersil di Papua menggunakan petunjuk sendiri dalam melakukan penerbangannya, peta visual yang ada telah 5 tahun belum diperbarui. Bila cuaca buruk, pilot hanya mengira-ngira berdasarkan pengalamannya. Hal itu dilakukan karena pesawat pilot tidak dilengkapi VFR, alat komunikasi, alat sensor anti tabrakan. Kondisi inilah yang kerap berimbas pada kecelakaan hilangnya pesawat dan menabrak gunung atau perbukitan. (DIP)