JAKARTA - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah selesai mengunduh data dari black box, baik itu yang berasal dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Tugas selanjutnya adalah mendengarkan percakapan yang ada di CVR untuk kemudian disinkronkan dengan data yang ada di FDR.
"Proses mengunduh CVR dan FDR sudah selesai dilakukan. Setelah itu, investigator KNKT akan mendengarkan isi percakapan yang ada pada CVR tersebut untuk diterjemahkan dan ditranskrip. Setelah itu akan dianalisis bersamaan dengan data pada FDR,’’ kata Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara Masruri di kantor KNKT, Jakarta, Rabu (14/1).
Sebagaimana diketahui, Senin (12/1), tim penyelam TNI AL yang berada di Kapal Negara Jadayat berhasil menemukan dan mengangkat FDR milik QZ 8501 pada kedalaman 30 meter di bawah laut. Posisi penemuan FDR berada di koordinat 03 37 21 S – 109 42 42 E.
Ke esokan harinya, Selasa (13/1) pagi, tim penyelam berhasil mengangkat CVR yang jaraknya hanya sekitar 20 meter dari tempat diketemukannya FDR. Sama seperti FDR, CVR ditemukan di bawah reruntuhan badan pesawat yang hancur di dasar laut. Siang harinya, CVR langsung diterbangkan ke Jakarta untuk diteliti oleh investigator KNKT.
Masruri mengatakan, dalam membaca transkrip akan dilakukan beresama-sama dengan tim Airbus dari Perancis dan beberapa wakil negara lain yang berkepentingan seperti Singapura, Inggris, dan Korsel (negara yang memiliki warga di daftar penumpang AirAsia QZ8501), selain tentunya investigator KNKT.
Proses membaca isi FDR tersebut akan lama karena harus membaca dan mendengarkan dengan sangat hati-hati, kemudian menganalisis. ‘’Kami tidak bisa memastikan kapan ini selesai, karena pekerjaan kami juga ada prosedur, tidak bisa terburu-buru. Namun, kami akan berupaya dapat menyelesaikannya dengan cepat.
Namun sesuai dengan target nasional dan internasional, investigasi maksimal selesai dalam jangka waktu setahun. "Sesuai prosedur, jika dalam waktu setahun penyelidikan belum juga selesai, tim investigasi harus melaporkan kenapa belum selesai, kendala ataupun hambatan apa. Juga dibutuhkan tanggapan para pihak, sebelum kemudian disampaikan kepada masyakakat. ”Tapi, kami harap enggak sampai setahun selesai,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501, Prof Mardjono Siswosuwarno menjelaskan, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca data selama 24 jam penerbangan. Data yang diunduh tersebut masih berupa bilangan biner. Bentuknya angka-angka. Karena itu, tim harus mengolahnya dengan software.
Lalu, data akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafis dengan 1.200 parameter. Parameter yang dimaksud, antara lain, tinggi terbang pesawat, kecepatan terbang, arah terbang, sikap pesawat saat terbang, dan G-force. Nantinya dimodelkan. Jadi, kami suguhkan percakapan dan ada gambar pesawat. Ketika percakapan ini, posisi pesawat seperti apa bisa terlihat. (JO)