(Jakarta, 13/5/2013) Dunia penerbangan Indonesia saat ini dijadikan role model (panutan) bagi dunia penerbangan negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang tersebut melihat Indonesia sebagai salah satu model negara yang pernah mengalami permasalahan besar di bidang transportasi udara, tapi kemudian menunjukkan upaya-upaya yang cepat untuk pemulihan dan pembenahan bahkan saat ini menjadi salah satu negara yang leading dalam penerbangan. “Bagaimana kita mampu mengatasinya, apa resepnya, mengapa ICAO bisa memberikan kepercayaan kepada kita, itulah yang mau mereka pelajari dari kita,” ujar Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono pada saat membuka acara Indonesia-ICAO Developing Countries Training Programme 2013, di Aula BPSDM Perhubungan, Jl. Merdeka Timur, Jakarta (13/5).

Menurut Bambang pada waktu pertemuan ICAO, Indonesia telah menawarkan beasiswa kepada beberapa negara, terutama negara berkembang serta disambut dengan baik oleh asosiasi seperti Africa Union dan AFCAC (Afican Civil Aviation Commission). “Mereka sangat tertarik dan berkomitmen mengirimkan peserta untuk mengikuti berbagai macam training di Indonesia. Ada 70 peserta yang kita tawarkan beasiswa kepada mereka di luar kita sendiri. Semuanya dari negara berkembang dan porsi terbesarnya dari Afrika,” katanya.

Bambang mengatakan saat ini Indonesia sedang gencar meningkatkan profil di dunia penerbangan internasional. Menurut Bambang, Indonesia telah melakukan berbagai cara, yakni keaktifan di ICAO sendiri sebagai negara antara lain mengikuti berbagai seminar dan aktif mempresentasikan dunia penerbangan Indonesia di seminar-seminar ICAO. Salah satunya juga Indonesia menyelenggarakan training yang dibantu oleh ICAO untuk berbagai negara. “Kita mengadakan kerja sama dengan sertifikasi dari ICAO, sehingga dari segi modul sesuai standar internasional. Itu salah satu yang kita lakukan untuk meningkatkan profil dunia penerbangan kita di mata internasional,” jelasnya.

Upaya-upaya ini nantinya bisa memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia memang on the right track untuk secepatnya meningkatkan kondisi penerbangan internasional yang saat ini merupakan yang terbesar di Asia. Selain meningkatkan infrastruktur penerbangan seperti bandara dan jumlah armada pesawat di lapangan, di sisi lain Indonesia juga sedang meningkatkan soft skill. “Untuk soft skill-nya kita adakan training yang penyelenggaranya yang tidak hanya untuk pilot atau untuk navigasi, tapi bermacam-macam yakni yang berhubungan dengan aspek-aspek tertentu,” tambah Bambang.

Indonesia-ICAO Developing Countries Training Programme 2013 merupakan kerja sama antara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan International Civil Aviation Organization (ICAO) yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara. Training ini adalah traning kedua dan diselengarakan rutin setiap tahun. Program ini menawarkan 5 jenis training kepada 50 peserta dari negara-negara berkembang. Kelima program training yang diselenggarakan tahun ini yaitu Aviation Internal Auditor, Dangerous Goods Training Course, Legal Aspects of Aviation Scurity, Safety Management System dan Aerodrome Certification Training Course. Training ini  diselenggarakan di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug dimana pesertanya berasal dari 20 negara yakni Fiji, Nepal, Mongolia, Thailand, Ethiopia, Bangladesh, Bhutan, Vietnam, Laos, Kenya, Sri Lanka, Kirgistan, Moldova, Mesir, Meksiko, Iran, Kamboja, Ukraina, Afganistan dan Botswana. (HH)