(Jakarta, 4/10/2012) Kondisi di trotoar di hampir seluruh wilayah Indonesia sudah tidak lagi nyaman bagi para pejalan kaki yang melintas dikarenakan di beberapa kota besar di Indonesia trotoar telah beralih fungsi menjadi tempat pedagang kaki lima, parkir kendaraan dan bahkan digunakan oleh parta pengguna sepeda motor. Hal tersebut diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengembangan Kementerian Perhubungan, L. Denny Siahaan saat membuka Roundtable Discussion dengan tema "Pedoman Peningkatan, Pemanfaatan dan Pemeliharaan Trotoar" yang diselenggarakan di kantor badan Litbang Perhubungan, Jakarta, Kamis (4/10).
Menurut Denny, banyak peraturan perundangan yang menjamin adanya ketertiban dan keamanan pengguna jalan, tetapi haltersebut tidak mudah untuk diimplementasikan. " apabila tidak segera ditangani, permasalahan akan semakin meluas karena pejalan kaki sudah meras tidak aman saat melintas di trotoar," jelas Denny.
Sebenarnya, lanjut Denny trotoar bagi masyarakat perkotaan khususnya Jakarta sudah didesain untuk berjalan sekitar 500 m dengan nyaman seperti di Kawasan Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat. namun kenyataannya harapan ini belum terlaksana dengan baik.
"Kemauan untuk berjalan kaki masih rendah dan perlu disosialisasikan lebih lagi agar masyarakat menjadi sehat dan hemat bbm serta mengurangi polusi udara," ujarnya.
Sementara menurut peneliti senior Bidang Jalan, Badan Litbang Perhubungan, Prima Ramadhona dalam paparannya bertema "Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan", dalam penelitian yang dilakukannya di kawasan Jl. Pejambon dan Jl. KH Wahid Hasyim, Jakarta dirinya menemukan beberapa permasalahan seputar trotoar di lokasi tersebut yakni, permasalahan ruang efektif pejalan kaki sisi jalan dan pertokoan, penempatan utilitas, penggunaan di luar fungsi trotoar dan aksesibilitas yang masih rendah.
Sedangkan menurut Peneliti Madya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam paparan bertema "Konsep Pedoman Penyelenggaraan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Trotoar di Perkotaan", jalan-jalan di perkotaan banyak yang tidak dilengkapi dengan trotoar. Jika pun ada, menurutnya torotar tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena sudah terisi oleh Pedagang Kaki Lima (PKL), parkir kendaraan, kegiatan usaha dan praktek-praktek pengelolaan informal oleh preman dan Bandar PKL atau oknum RT/RW.
Sebagai moderator dalam Roundtable Discussion kali ini Kapuslitbang Perhubungan Darat, J. Widiatmoko dan hadir sebagai pembahas Direktur Bina Sarana Transportasi Perkotaan, Djoko Sasono ; Korlantas Polri, Mansyur ; Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Yoga ; dan perwakilan Dinas Perhubungan Propinsi DKI Jakarta dan Sekolah Tinggi Transportasi Darat.(RDH)