(Jakarta, 5/7/2012) Penggunaan sitem Bus Rapid Transit (BRT) cocok atau ideal dikembangkan di negara berkembang seperti Indonesia. Seperti disampaikan oleh Prof. Robert Cevero dari University of California Berkeley, Amerika Serikat yang hadir sebagai dosen tamu pada kegiatan kuliah umum “Perencanaan Penataan Transportasi Perkotaan Terbaru,” di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (5/7).

“Mulailah dengan mengembangkan sistem transportasi berbasis bis (BRT), “ ujarnya.

Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono yang menjadi moderator mengatakan bahwa Robert menganjurkan agar kota-kota yang belum mampu atau belum tiba saatnya membuat sistem transportasi berbasis rel (Subway) seperti di Indonesia, mulai mengembangkan dahulu sistem transportasi berbasis bis (BRT) .

“kita tahu membangun rel cukup mahal investasinya apalagi subway, bisa sekitar 1 triliun perkilometer, sedangkan busway sekitar 100 sampai 200 miliar perkilometer untuk bangun prasarananya, untuk itu dia (Robert) menganjurkan mulailah dengan sistem berbasis bis, itu jauh lebih baik dibanding tidak ada sama sekali,” terang Bambang kepada wartawan seusai acara.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan, Indonesia sendiri telah mengembangkan sistem BRT di 14 Kota antara lain DKI Jakarta, Palembang, Semarang, DI Yogyakarta, Solo, Manado, Gorontalo, Pekanbaru, Denpasar, dan Bogor. Bersamaan dengan pengembangan BRT juga dikembangkan sistem Area Traffic Control System (ATCS) untuk mengontrol lalu lintasnya.

“Misalnya dengan ATCS bisa kita kontrol lampu lalu lintas, jadi setiap Bus BRT masuk intersection lampunya langsung hijau, itu lah refleksi dari pemihakan pemerintah terhadap angkutan umum, “ jelasnya.
Satu poin penting menurut Bambang seperti yang dijelaskan Robert yaitu untuk membuat orang beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum adalah angkutan umum tersebut harus seminimal mungkin mengurangi perpindahan moda transportasi umum dari orang tersebut berangkat dari rumah ke tempat tujuan. “Misalnya berangkat dari rumah orang tersebut harus berganti-ganti kendaraan umum seperti busway, mikrolet dan ojek, itu tidak akan menarik buat orang. Orang maunya dari rumah hanya naik satu kendaraan sampe kantor,” kata Bambang.

Poin penting lainnya menurut Bambang, yang juga penting disampaikan Robert adalah kota-kota besar Indonesia harus mulai mengkaji ulang kondisi transportasi dan tata guna lahannya dengan melakukan rekalibrasi untuk melihat kembali tata kota menuju kota yang humanis. “Kota yang humanis pasti transportasinya bagus,” ucapnya.

Untuk mewujudkannya menurut Bambang, harus ada kemauan yang kuat dari pemerintah daerah setempat karena memang kewenangan menata transportasi perkotaan ada di Pemda setempat.  “tetapi juga standard dan prosedur dan manual itu harus disesiapkan pemerintah pusat karena pemerintah pusat berkewajiban untuk menerapkan standar atau prosedur yang memang dibutuhkan untuk menata kembali transportasi perkotaan,” tandasnya.

Kuliah umum yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut dihadiri perwakilan dari berbagai instansi pemerintahan, BUMN maupun swasta antara lain Dinas-Dinas Perhubungan, POLRI, Jasa Raharja, Siswa perguruan tinggi (STTD)  dan wartawan. (RDH)