MALANG – Sebagai upaya membentuk SDM transportasi yang andal, profesional dan beretika, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan melaksanakan kegiatan Masa Dasar Pembentukan Karakter Taruna Transportasi (Madatukar) di Pusat Latihan Pertempuran Korps Marinir 4 Purboyo Malang, Jawa Timur, mulai Senin, 24 Agustus 2015.
Dalam program Madatukar yang tahun ini diikuti oleh 2.723 taruna, Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan, Wahju Satrio Utomo (yang akrab disapa Tomy) menjelaskan bahwa selama satu bulan, taruna baru lembaga pendidikan di lingkungan BPSDM seluruh Indonesia akan dikumpulkan dan dilatih.
"Ini merupakan awal dari proses pendidikan sebelum taruna secara reguler dididik di kampus masing-masing," jelas Tomy.
Tomy menuturkan bahwa BPSDM Kemenhub terus menciptakan sumber daya manusia berkualitas di bidang transportasi darat, laut dan udara. Untuk itu, pembentukan karakter (character building) merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan SDM.
Tomy menilai dalam berbagai kesempatan, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah memberikan arahan untuk dapat merubah pola pikir agar mampu bekerja keras melaksanakan pengabdian di bidang pendidikan dan pelatihan sehingga dapat menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi serta memiliki nilai tambah guna peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan keselamatan di bidang transportasi.
Dia mengungkapkan, diklat ini memiliki empat tujuan utama. Pertama, taruna memiliki karakter dasar secara individu termasuk kedisiplinan, mental, dan fisik prima. Orientasi kepada sasaran taruna mampu me-manage dirinya sendiri.
"Taruna diharapkan memiliki kemampuan untuk mengelola dengan baik sikap dan perilakunya. Mereka disiplin dalam berbagai hal, contohnya tahu waktu kapan harus belajar, kapan mesti beribadah dan sebagainya," ujarnya.
Taruna, lanjut Tomy, juga diharapkan dapat mengelola hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Mampu mengelola hubungan dengan lembaga tempat dia dididik dan bekerja. Lalu mampu mengelola hubungan dengan Sang Maha Pencipta.
Kedua, meningkatkan kesamaptaan. Hal itu akan menghindarkan bahkan menghilangkan kekerasan di dalam kampus. "Kekerasan biasanya lahir karena kesalnya senior melihat sikap taruna junior atau kecewa karena taruna junior tidak cepat memahami hal-hal menyangkut kesamaptaan misalnya dalam hal baris berbaris atau hormat," tuturnya.
Ketiga, mendorong perubahan sikap perilaku ke arah yang lebih positif, kreatif, inovatif, mampu bekerja sama. Diharapkan taruna memahami keterpaduan. Sebagai ahli dalam transportasi dapat memahami persoalan-persoalan dalam transportasi hanya bisa diselesaikan dengan kerja tim secara terpadu.
Keempat, memantapkan kecintaan kepada bangsa, negara dan tanah air serta membangun semangat juang tinggi dan pantang menyerah dalam menegakkan dan menjaga keutuhan Indonesia.
Masih Terbatasnya SDM Bidang Transportasi
Selain itu, Tomy mengakui jumlah SDM di bidang transportasi masih terbatas. Misalnya di sektor laut, hingga kini Indonesia baru bisa mencetak 500 ribu orang pelaut sedangkan Filipina sudah menghasilkan 2 juta pelaut. Padahal, luas lautan Filipina jauh lebih kecil dibanding Indonesia. "Kita (di kapal asing) mempekerjakan 78 ribu pelaut, Filipina sudah 400 ribu. Masih jauh perbandingnya," ungkapnya.
Kini pelaut juga dihadapkan dengan adanya tuntutan standar pelaut yang ditetapkan International Maritime Organization(IMO). Pelaut dunia, lanjut Tomy, termasuk Indonesia harus mengikuti syarat dan ketentuan Standards of Training, Certifitation and Watchkeeping (STCW) Amandemen Manila 2010.
Mulai tanggal 1 Januari 2017, sertifikat kompetensi (COC) ataupun sertifikat keterampilan (COP) yang belum di update mengikuti standar STCW Amandemen Manila 2010 diangap tidak berlaku, sehingga para pelaut tersebut tidak akan bisa berlayar.
"Saat ini baru 14 persen pelaut yang telah mengupdate. Kita terus sosialisasikan dan himbau kepada para pelaut agar segera memperbaharui sertifikat kompetensinya," jelasnya.
Kemudian, lanjut dia, di udara air kebutuhan SDM seperti penerbang, air traffic controller (ATC), teknik bandara, komunikasi penerbangan juga sangat dibutuhkan. Apalagi di sektor transportasi udara, setiap tahunnya terdapat 77 pesawat baru yang masuk. Setiap pesawat membutuhkan enam set atau 470 pilot
Di darat, kebutuhan penguji kendaraan bermotor, teknisi kendaraan bermotor dan pengemudi profesional juga harus dipenuhi. "Dengan pembagian 1000 bus gratis, kebutuhan untuk pengemudi juga akan ditingkatkan," ucapnya.
Sementara itu, untuk kondisi sekolah transportasi, Tomy menganggap semua sudah cukup bagus. Baik dari sisi fasilitas, kurikulum dan tenaga pengajar. Kini, dengan total 24 sekolah transportasi, diharapkan mampu meningkatkan jumlah dan kualitas SDM transportasi kedepannya. (EKI)