(Jakarta, 7/08/09) Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menilai ketiga awak pesawat Twin Otter Merpati yang mengalami kecelakaan di Papua pekan silam, layak menyandang gelar “Pahlawan Penerbangan Perintis”. Pernyataan itu diungkapkan Menhub saat menerima jenazah pilot dan mekanik senior pesawat nahas tersebut, Capt. Qadriyanova dan Supiadih, di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat (7/8) petang.


"Atas jasa dan perjuangannya merintis rute-rute sulit di Papua, ketiga almarhum, pilot Capt Qadriyanova, Senior Engineer Supiadih, maupun kopilot Pramudya Purwoadi, saya anggap layak menerima gelar pahlawan penerbangan. Peran dan pengabdian para almarhum dalam mengembangkan dunia penerbangan di Indonesia sangat besar. Mereka gugur dalam menjalani pengabdiannya,” ungkap Menhub dalam sambutannya.


Menhub menambahkan, atas nama negara, dirinya mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga ketiga awak Merpati tersebut atas apa yang telah menimpa mereka. Karena bagi negara, jelasnya, keberadaan pilot merupakan kekuatan cadangan yang memiliki peran cukup besar. Terutama dalam membangun dunia penerbangan yang aman dan selamat.


Jenazah Pilot Qadriyanova dan Senior Engineer Supadih tiba di tempat upacara penerimaan jenazah, di terminal kargo Terminal Haji Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 17.50. Kedua jenazah yang didampingi keluarga dan rekan kerja, diterima secara simblois oleh Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Bambang Bhakti. Kedua jenazah kemudian diserahkan ke Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal sebagai perwakilan pemerintah, kemudian diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.


Sebelumnya, Dirut Merpati Bambang Bakti yang menjadi inspektur upacara, dalam sambutannya telah meminta izin kepada Menhub untuk lebih dahulu menyandangkan gelar “Pahlawan Penerbangan Perintis” tersebut kepada ketiga almarhum pegawainya tersebut. ”Bagi kami di internal Merpati, mereka adalah Pahwalan Penerbangan Perintis. Karena berkat jasa mereka, Merpati bisa melaksanakan amanat yang diembankan pemerintah untuk menjalankan tugas membuka jalur-jalur penerbangan perintis,” ungkap Bambang.


Almarhum Pilot Qadriyanova meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, bergabung dengan Merpati sejak 14 tahun lalu. Qadriyanova yang memiliki pengalaman 6000 jam terbang tersebut telah mengarungi angkasa Papua sejak 2005 silam. Sementara kopilot Pramudya yang mendampinginya, memiliki pengalaman 2000 jam terbang. Sedangkan almarhum Senior Engineer Supiadih telah mengabdi 18 tahun, dan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.


”Bagi Merpati, peristiwa ini menjadi cambuk untuk lebih meningkatkan kualitas safety, pelayanan, dan lain-lain ke depan. Meskipun saat ini kami tetap mengedepankan keselamatan, namun musibah ini merupakan kuasa Tuhan yang tidak bisa dielakkan. Kami bertekad untuk terus mendukung Departemen Perhubungan yang tengah giat dan gencar membudayakan keselamatan penerbangan,” pungkasnya.
 


Evaluasi Rute Penerbangan


Terkait kecelakaan yang bukan untuk kali pertama terjadi ini, Menhub seusai upacara menjelaskan, pemerintah hingga saat ini terus upaya untuk meningkatkan kualitas keamanan jalur penerbangan di Papua yang terbilang rawan dan sulit tersebut. Tim yang berada di bawah komando Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk mengevaluasi jalur-jalur di Papua pun telah ditunjuk dan ditugaskan untuk membuat standar baku penerbangan di wilayah tersebut.


”Rute-rute di Papua akan kita bakukan dan standarkan supaya maskapai tdk membangun rute sendiri-sendiri. Kita ingin ada standar baku. Untuk itu, kita ajak duduk bersama seluruh maskapai di Papua, pilot-pilot dan unsur penerbangan lain, membangun keselamatan pernerbangan yang tinggi di sana. Semua masukan yang kita dapatkan akan kita kaji,” jelas Menhub.


Tak hanya di wilayah Papua, imbuhnya, langkah serupa juga akan diterapak di wilayah penerbangan Indonesia lainnya. ”Infrastrukturnya kita tingkatkan, sistem navigasinya juga kita perkuat baik yang di darat maupun untuk di pesawat, termasuk sistem prakiraan cuaca dan pemantau terrain (permukaan tanah) akan kita optimalisasikan lagi,” sambung Menhub.


Upaya untuk memperkuat sistem navigasi itu, papar Menhub, salah satunya adalah akan merekomendasikan penggunaan Flight Following Monitoring (sistem pemantau pergerakkan pesawat). Perangkat yang terkoneksi dengan satelit ini memiliki kemampuan mengikuti aktivitas pesawat secara aktual. Melalui alat ini, pilot bisa mengetahui ke mana arah pesawatnya bergerak, sehingga tidak lagi terbang dengan mengandalkan pengelihatan (visual flight).


Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti S Gumay yang mendampingi Menhub pada upacara itu menambahkan, pihaknya saat ini telah menginventarisasi dan mengkaji sedikitnya 30 rute penerbangan eksis di Papua, yang telah dibangun pihak maskapai. ”Kita juga akan lihat SOP yang dimiliki setiap maskapai sebagai bahan kajian,” katanya. (DIP)