(Makassar, 28/5/2013) Permintaan layanan angkutan laut perintis dari  berbagai pemerintah di daerah terus meningkat setiap tahunnya. Untuk itu Kementerian Perhubungan mengalokasikan anggaran tahun 2013 sebesar Rp. 407,8 miliar, untuk biaya pengoperasian kapal laut perintis sebanyak 80 kapal yang menyinggahi  519 pelabuhan, atau naik dari anggaran tahun sebelumnya yang mencapai Rp 330,9 miliar dengan menyinggahi 517 pelabuhan.

Menurut  Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Capt. Bobby R. Mamahit, peningkatan anggaran operasi angkutan laut perintis bertujuan, agar pemerintah bisa memenuhi permintaan akan adanya layanan angkutan laut perintis yang semakin tinggi dari berbagai daerah.

“Meski begitu, saya minta para penyelenggara pelayaran perintis untuk benar-benar memanfaatkan dana seefisien dan seefektif mungkin, dan dengan layanan yang berkualitas, agar pelayanan pelayaran perintis dapat berjalan sesuai aturan,” Capt. Bobby R. Mamahit, ketika membuka Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Angkutan Laut Perintis (Altis) di Makassar, Selasa (28/5).

Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan angkutan laut perintis,  setiap tahunnya berlangsung Rakornas  Angkutan Laut Perintis. Pesertanya, operator angkutan laut perintis, Kepala  Kantor Syahbandar dan Otoritas  Pelabuhan (KSOP), Kepala Urusan Penyelenggara Pelabuhan (UPP) dan Dinas Perhubungan yang daerahnya  ada lintasan angkutan laut perintis.

Lebih jauh, Capt. Bobby Mamahit  menyatakan  untuk meningkatkan kualitas layanan angkutan laut perintis, maka pada Rokornas Altis ini semua pihak yang hadir sebagai peserta dapat memberikan masukan, sehingga dapat dijadikan bahan guna membuat kebijakan berikutnya.

Peningkatan layanan  angkutan laut perintis tahun ini juga terlihat adanya tambahan pada dua pelabuhan pangkal yakni pelabuhan pangkal Maumere dan Kwandang. Kapal yang melayani jalur perintis sebanyak   80 kapal, menyinggahi 32 pelabuhan pangkal, dengan 487 pelabuhan singgah. Pengoperasian kapal perintis ditargetkan mampu melakukan pelayanan sebanyak 1.995 voyage, dari tahun sebelumnya sebanyak 1625 voyage.

Layanan angkutan laut perintis juga tidak lepas dari berbagai kendala. Capt. Bobby R. Mamahit menyatakan berdasarkan evaluasi penyelenggaraan pelayaran perintis tahun 2012, ternyata masih banyak permasalahan diantaranya meliputi, perawatan kapal perintis yang belum optimal, kondisi kapal perintis milik swasta yang berusia 15 tahun ke atas, kapal yang digunakan operator swasta masih menggunakan kapal cargo yang mendapat dispensasi untuk mengangkut penumpang, belum terpenuhinya kebutuhan BBM bersubsidi untuk pelayaran 1 round voyage, pelayanan sandar kapal perintis di pelabuhan tertentu belum optimal, keterpaduan penyelenggaraan pelayaran perintis dengan sektor terkait belum efektif.

“Namun pemerintah berusaha  agar  kualitas layanan angkutan perintis tetap terjaga dan ditingkatkan terus. Upayanya  melalui kegiatan pembangunan kapal perintis. Saat  ini kapal perintis sudah dibangun  sebanyak 36 kapal, masih ada yang dalam proses pembangunan, dan yang akan ditenderkan tahun ini sebanyak 7 kapal,” ungkapnya.

Sementara itu Direktur Lalu Lintas Angkutan Laut, Adolf Tambunan menyatakan akan meningkatkan pelayanan angkutan laut perintis melalui pengawasan pada pengoperasian kapal agar sesuai dengan kontrak. Selain itu juga pengawasan akan dilakukan meliputi kinerja operasi kapal agar terjadi peingkatan pada realisasi target muatan yang diangkut, dan pendapatannya.

“Jangan sampai pada akhir tahun terjadi penurunan waktu pengoperasian kapal atau muatan yang diangkut. Untuk  itu KSOP dan KUPP yang  di daerahnya ada pelayanan angkutan laut perintis  untuk melakukan pengawasan dengan sebaik-baiknya,” ungkap Adolf. (AB)