JAKARTA - Dua hari besar akan diperingati oleh Kementerian Perhubungan dan masyarakat di sektor transportasi laut, yakni Hari Menara Suar (22 September) dan Hari Maritim (23 September) pada tahun 2024 ini. Peringatan kedua hari besar tersebut mejadi penting diselenggarakan sebagai introspeksi bagi insan yang bekerja di sektor transportasi laut. Moda transportasi laut nasional wajib menyelenggarakan pelayaran berkeselamatan yang memberikan rasa aman, nyaman, tepat waktu efektif dan efisien, serta tepat waktu sampai tujuan.

Dua hari besar terkait sektor transportasi angkutan laut menjadi penting untuk mendapatkan perhatian, pasalnya NKRI merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan luasnya lautan yang menghubungkan belasan ribu pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.

Hal ini yang mejadi alasan kepedulian Kementerian Perhubungan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan armada laut yang digdaya dan berdaulat segala aspek poleksosbudhankam dengan pelayaran laut berkeselamatan yang memberikan rasa aman, nyaman, efektif dan efisien, serta tepat waktu sampai tujuan..

Komitmen Kemenhub

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berkomitmen mencanangkan keselamatan dan keamanan pelayaran kapal-kapal berbendera Republik Indonesia pasca mendapatkan pengakuan dunia terhadap armada nasional yang masuk katagori “White List Tokyo MOU” yang keempat kalinya.

Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) juga menggulirkan kebijakan untuk terus membangun infrastruktur moda angkutan laut di berbagai daerah non Jawa serta mengembangkan layanan transportasi laut perintis yang berkeselamatan dengan memberi rasa aman, nyaman, efektif dan efisien, tepat wakt. Dengan demikian, armada transportasi laut NKRI dapat menggerakkan roda perekonomian nasional sampai daerah 3TP, sehingga akan memperlancar distribusi logistik dan komoditi unggulan daerah serta mobilisasi masyarakat dari/ke daerah tertinggal, terpencil, terdepan, dan perbatasan.

Selain itu, kebijakan tersebut juga untuk memenuhi visi dan misi Kabinet Kerja dan Kabinet Maju kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang menuntut Kemenhub untuk terus meningkatkan jaringan konektivitas nusantara dengan salah satunya dengan transportasi laut perintis berkeselamatan.

Untuk menunjang pelayaran berkeselamatan, di wilayah perairan nasional, saat ini Direktorat Kenavigasian, Ditjen Hubla mencatat terdapat 285 Menara Suar (Mercusuar) tersebar di seluruh pesisir nusantara yang dikelola oleh 25 Kantor Distrik Navigasi. Menara Suar adalah salah satu perangkat dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang sangat penting bagi transportasi laut.

Pembangunan Menara Suar sebagai SBNP di berbagai pesisir nusantara adalah sangatlah vital untuk menjaga keselamatan pelayaran di wilayah perairan Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

Tiga tahun belakangan, dalam memperingati hari Menara Suar tahun 2021, 2022, dan 2023, Ditjen Hubla Kemenhub masih mengangkat topik/tema yang masih berhubungan dengan keselamatan pelayaran Indonesia.

Pada momentum peringatan Hari Menara Suar yang ke-10, pada 2024 ini diharapkan semua pemangku kepentingan sektor transportasi laut sudah dapat menghayati betapa pentingnya pelayaran berkeselamatan di wilayah perairan nasional. Selain itu, semua pemangku kepentingan juga harus peduli terhadap fungsi Menara Suar yang merupakan salah satu komponen dalam penyelenggaraan keamanan negara karena keberadaaanya mempertegas dan memperkuat batas wilayah NKRI.

Seiring dengan semangat mambangun karakter kemaritiman Indonesia – sebagai negara bahari, dalam mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia, maka perlunya pengakuan dan apresisasi terhadap Menara Suar dan Petugas Menara Suar melalui peringatan Hari Menara Suar.

Momentum Introspeksi

Momentum peringatan Hari Menara Suara dan Hari Maritim tahun 2024 ini dapat dijadikan ajang introspeksi, pasalnya masih terjadinya kapal karam sepanjang Januari-Juni tahun 2024 akibat dihantam gelombang pasang.

Dari laporan Badan Meteorologi, Klimatori, dan Geofisika (BMKG), ombak besar yang tejadi di berbagai wilayah perairan nasional, seiring dengan musim angin barat, pada Oktober hingga bulan April dan puncaknya pada bulan pertengahan Maret tahun 2024 lalu telah mencelakakan belasan transportasi laut terhantam gelombang besar. Ada beberapa kondisi dinamika atmosfer – pada musim angin barat, yang dapat memicu terjadinya gelombang pasang disertai badai yang disebabkan oleh peningkatan curah hujan seiring dengan musim penghujan pada Oktober - Maret 2024 lalu.

Selain itu, pada triwulan awal tahun 2024, BMKG juga melaporkan terjadinya peningkatan kecepatan angin dari utara Indonesia hingga melintasi equator melalui Selat Karimata yang mengindikasikan aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) yang berperan dalam peningkatan gelombang pasang di perairan Indonesia.

Kondisi cuaca ekstrim dan tidak bersahabat itu menghantam sejumlah kapal di wilayah perairan NKRI, antara lain Kapal wisata Tiana Liveaboard tenggelam di perairan Batu Tiga Labuan Bajo Manggarai Barat NTT (21/1) Kapal Tanker MT Koan Indonesia yang tenggelam di Laut Arafuru (15/2), KM Sweet karam di laut Ambon (11/3), KM Mulia Bintang 2 karam di Tanjung Sibunga, Selat Malaka (24/3) dan sejumlah kapal-kapal kecil lain (kapal nelayan dan kapal wisata).

Kasus kapal karam terus berlanjut selama triwulan ke II April sd Juni 2024, antara lain Kapal Wisata White Pearl tenggelam di sekitar Pulau Kenawa, Labuhan Bajo (5/4). Kapal Berlain 01 tenggelam di Desa Tanjung Kedabu Kec. Rangsang Pesisir Kab, Kepulauan Meranti (4/5) Kapal Barang karam di perairan Kuala Merbau, Kab. Kepulauan Meranti, Riau (23/5), Dua kapal wisata KM Budi Utama dan KM Hancur Bodi 2 di Labuhan Bajo di Perairan Pulau Padar di Kawasan Nasional Pulau Komodo (22/6), Kapal nelayan PN Sinar Marlena yang tenggelam di perairan utara Legung, Kec. Batang-Batang, Kab. Sumenep. (26/6), Kapal Wisata Jemaat Gereja, karam di perairan Pulau Situngkus di Kab. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (29/6). Kapal Wisata Dolphin No 70, tenggelam di perairan Pulau Situngkus dan Pulau Mursala, Kab. Tapanuli Tengah (30/6).

Menghargai Menara Suar dan Petugasnya

Peringatan Hari Menara Suar setidaknya akan mengingatkan seluruh stakeholder transportasi laut betapa pentingnya peran Menara Suar sebagai alat bantu navigasi pelayaran yang berkeselamatan di wilayah perairan nasional, juga menjaga keselamatan dan laju transportasi laut sehingga tercapai keselamatan pelayaran yang aman, efisien, dan efektif.

Direktur Kenavigasian, Capt. Budi Mantoro, mengungkapkan, keberadaan Menara Suar serta para petugasnya yang tidak kenal lelah dalam menjaga cahaya Menara Suar agar tetap terang dan menerangi para pelaut layak dijuluki sebagai ‘pahlawan di tengah lautan’ dan selayaknya mereka mendapatkan apresiasi yang pantas dari seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat maritim di indonesia dan di dunia.

Budi Mantoro juga berharap, peringatan kedua hari besar bagi komunitas transportasi laut yang akan datang bisa mengenang sejarah panjang Menara Suar serta peran pentingnya dalam keselamatan pelayaran. ”Hari Menara Suar dan Hari Maritim Nasional menjadi pengingat bahwa keselamatan pelayaran adalah aspek kritis dalam kelangsungan hidup dan kemajuan perdagangan dunia. Menara suar adalah penjaga setia yang membantu kapal-kapal melewati bahaya di laut dan mencapai tujuan mereka dengan selamat,” ujar Budi Martono.

Pengelolaan bidang keselamatan pelayaran di Indonesia harus mampu meningkatkan kinerjanya secara bertahap agar dapat tetap berperan efektif memenuhi tuntutan dunia pelayaran baik pelayaran dalam lingkup domestik maupun lingkup internasional yang kini semakin banyak dan terus meningkat.

Keberadaan Menara Suar di pulau-pulau terpencil atau wilayah pulau terluar tidak hanya sekedar alat penunjang keselamatan pelayaran nasional, tetapi juga merupakan pertanda eksistensi pelayaran dan transportasi laut negara kesatuan Republik Indonesia. (IS/AS/RY/ME)